Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari, SKK Migas Andalkan Pertamina
5 November 2020 15:14 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, target tersebut bisa dikejar selama 10 tahun dengan mengandalkan lapangan yang dikelola kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di dalam negeri. Salah satunya, berharap banyak pada PT Pertamina (Persero).
Dwi menjelaskan, Pertamina menjadi andalan karena dengan mengelola Blok Rokan pada Agustus 2021, 70 persen kontribusi minyak nasional dipegang BUMN. Saat ini, Pertamina terhitung mengelola 11 blok atau wilayah kerja (WK) dan punya hak partisipasi di 4 WK dari 41 WK yang ada di Indonesia.
"Hampir separuh luasan WK blok migas, kontribusi (Pertamina) 40 persen. Bahkan setelah Rokan transisi, kontribusi (Pertamina) jadi terbesar 70 persen," kata Dwi dalam diskusi 'New Paradigm for More Oil and Gas Production' secara virtual, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
Selain produksi minyak mentah yang dikejar 1 juta barel per hari, SKK Migas juga memasang target produksi gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik pada 2030. Dengan begitu, total produksi migas nasional 10 tahun ke depan diharapkan mencapai 3,2 juta barel setara minyak per hari.
Pertamina sebagai holding BUMN migas tercatat menguasai 21 persen wilayah kerja yang ada saat ini. Dari situ, 42 persen luas wilayah, 43 persen produksi minyak, dan 34 persen produksi gas dalam kendali perusahaan. Namun, jumlah ini masih harus ditingkatkan karena produksi minyak nasional saat ini hanya 705 ribu barel per hari, sedangkan kebutuhannya lebih 1,5 juta barel per hari.
Karena itu, Dwi meminta Pertamina fokus pada bisnis hulu migas. Jika target 1 juta barel per hari bisa dikejar, impor minyak dan BBM nasional yang selama ini membebani negara bisa ditekan. Diperlukan kerja sama semua pihak untuk mewujudkan mimpi ini karena tantangannya juga berat.
ADVERTISEMENT
"Ada sudut peningkatan tajam (di 2030), sehingga ini tantangan yang cukup berat bagi industri. Sebagai ancang-ancang peningkatan di masa yang akan datang, saat ini masih ada gap pada kesepakatan lifting minyak tahun depan. Gap ini akan kita selesaikan di diskusi-diskusi yang akan datang," ujar Dwi.