Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kelangkaan Alat Pengeboran Ancam Hulu Migas RI, Apa Penyebabnya?
19 Juli 2023 23:45 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal, menjelaskan penyebab kelangkaan rig dimulai ketika merosotnya investasi hulu migas saat pandemi COVID-19 diikuti oleh eskalasi konflik geopolitik global.
"Banyak pengusaha rig yang sudah melepas aset-asetnya masih menimbang-nimbang untuk investasi kembali, sehingga jumlah rig baru sulit meningkat," kata Moshe Rizal saat dihubungi kumparan, Rabu (19/7).
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan terjadi kenaikan investasi hulu migas secara global imbas harga minyak yang masih tinggi. Efeknya, kebutuhan industri penunjang juga ikut naik, termasuk rig atau alat pengeboran.
"Kebutuhan rig dan sebagainya menjadi lebih tinggi dan membuat cost menjadi naik, itu yang terjadi sekarang sehingga kita harus menyikapinya dengan kesulitan yang kita hadapi," ungkap Dwi saat konferensi pers kinerja hulu migas semester I 2023, Selasa (19/7).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan kelangkaan rig juga disebabkan inspeksi terhadap seluruh rig yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), imbas kecelakaan di Blok Rokan yang menewaskan pekerjanya.
Hasil dari inspeksi tersebut menunjukan bahwa sebagian rig yang dimiliki Pertamina ternyata tidak bisa digunakan karena harus diperbaiki dan dilengkapi peralatan keamanannya agar kecelakaan serupa tidak terjadi.
"Sehingga dalam posisi sekarang kekurangan rig dan sementara kita berusaha terus memenuhi tambahan rig dan sesuai dengan inspeksi atau sesuai persyaratan safety," ungkap Nanang.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan saat ini semua rig pengeboran milik Pertamina sudah dapat digunakan kembali, sementara 6 rig workover masih menunggu perbaikan.
Menurutnya, inspeksi yang menyatakan sebagian rig Pertamina tidak layak operasi disebabkan kondisi rig yang sudah tua, sementara target pekerjaan di hulu migas yang semakin agresif.
ADVERTISEMENT
"Kerjaannya banyak, terus rig-nya juga sebagian sudah tua, terus kemarin kita tidak ngebor, sekarang ngebor banyak. Ibaratnya orang habis dulu kerja kenceng, sudah tua stand by, sekarang mau dipakai kenceng lagi mungkin perlu perbaikan," jelas Wahju.