Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Apa keunggulan investasi produk syariah dibandingkan konvensional? Benarkah lebih aman dan minim risiko?
Sekretaris Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Cianjur Mang Amsi mengatakan, sebenarnya di semua instrumen investasi syariah atau konvensional pasti ada risiko, besar ataupun kecil. Mulai dari saham, reksa dana, sukuk, obligasi, emas, ataupun uang kripto yang saat ini tengah digandrungi.
Karena itu, mesti dikenali dulu kemampuan diri dalam memilih investasi. Dia menyebutnya GTMEN atau goal (tujuan), time frame (jangka waktu), dan instrumen (produk investasi).
"Jadi, instrumen mana yang kita pilih itu sebenarnya pilihan terakhir. Nah, investasi itu disebut jika potensi imbal hasilnya melebihi inflasi dan suku bunga. Kalau masih di bawah itu, belum disebut investasi," kata dia dalam Live Instagram Kelas Investasi kumparan 'Meraih Berkah di Investasi Syariah', Jumat (23/4).
ADVERTISEMENT
Lebih rinci, Mang Amsi menjelaskan, saat ini suku bunga di Indonesia di level 3,5 persen. Maka, instrumen investasi berupa deposito tidak lagi menarik sebab imbal hasilnya di bawah itu.
Kemudian inflasi saat ini rata-rata 4 persen. Berarti investor harus cari investasi di atas itu. Maka, deposito menurutnya bukan investasi, tapi hanya tempat simpan uang cadangan.
Jenis investasi syariah berupa sukuk bisa menjadi pilihan. Sebab imbal hasilnya 5 persen, lebih tinggi dari inflasi dan suku bunga.
"Yang lainnya, bisa reksa dana campuran, reksa dana syariah, atau saham syariah, dan sekarang ada P2P lending syariah. Itu bisa jadi salah satu investasi, tergantung kemudahan kita mengaksesnya," ucap Amsi.
Terpenting dari itu semua, kata dia, adalah kesanggupan diri dalam menerima risiko yang terjadi. Amsi selalu mengingatkan, penting bagi investor untuk melakukan penilaian diri mencari tahu instrumen syariah apa yang paling cocok, termasuk memahami setiap risikonya.
ADVERTISEMENT
"Sukuk walaupun imbal hasilnya di atas inflasi dan suku bunga, ada risiko gagal bayarnya. Obligasi dan saham pun sama. Semua ada risikonya. Ketika kita sudah sadar dengan risiko, yang kita lakukan adalah manage saham itu," kata Amsi.
Perhatikan Legalitas dan Kelogisan Suatu Instrumen
Hal lain yang harus diperhatikan saat memilih instrumen investasi adalah 2L yaitu legalitas dan logis. Legalitas artinya, si calon investor harus mengecek dulu apakah instrumen yang akan dipilihnya sudah terdaftar di otoritas resmi di Indonesia.
Jangan sampai, investasi yang dipilih justru bodong. Sebab, investasi yang legalitasnya resmi saja selalu ada risiko, apalagi yang bodong.
L kedua adalah logis. Penting bagi calon investor menggunakan akalnya secara sehat dan logis dengan keuntungan atau imbal hasil yang ditawarkan trading atau penjual produk investasi. Jika imbal hasilnya dianggap terlalu tinggi hingga tidak masuk akal, perlu diwaspadai.
ADVERTISEMENT
"Jadi, kalau ditanya apakah investasi aman atau tidak, pastikan itu 2L yaitu legal dan logis," tuturnya.