Keluh Kesah Anker Menolak Wacana Penutupan Stasiun Karet

3 Januari 2025 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Stasiun Karet. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stasiun Karet. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wacana penutupan Stasiun Karet yang tengah ramai dibicarakan memicu reaksi beragam dari pengguna KRL. Khususnya KRL Mania, komunitas pengguna KRL yang selama ini vokal menyuarakan kebutuhan dan aspirasi penumpang kereta di Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
Stasiun yang menjadi penghubung kawasan strategis dan terintegrasi dengan banyak moda itu kini direncanakan akan ditutup untuk melancarkan konektivitas antarstasiun.
Aris Dhanu, seorang pengguna setia KRL, mengungkapkan penutupan Stasiun Karet akan berdampak langsung pada efisiensi ketika berpindah moda transportasi. Dia mengaku harus jalan jauh jika ingin menggunakan Jaklingko atau Transjakarta. Jarak tambahan ini tidak hanya meningkatkan waktu tempuh, tetapi juga berpotensi memperburuk kenyamanan perjalanan harian para komuter.
"Penumpang kereta yang ingin berpindah moda ke Mikrotrans Jak 48A/Jak 08/Jak 09, mikrolet 44, Transjakarta 6K/8C jadi harus berjalan lebih jauh," ujar Aris.
Anggota KRL Mania, Fathin, menekankan peran Stasiun Karet sebagai penghubung vital bagi kawasan perkantoran. Dia menduga, penutupan stasiun dilakukan untuk memperlancar kereta bandara.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangannya, menutup Stasiun Karet demi efisiensi jalur kereta bandara hanya akan memindahkan masalah tanpa menyelesaikannya. Sebagai alternatif, ia menyarankan agar kebijakan tersebut dievaluasi dengan mempertimbangkan dampak nyata terhadap pola pergerakan penumpang.
"Penutupan Stasiun Karet tentu tidak bijak, karena Stasiun Karet menjadi penghubung beberapa kawasan perkantoran yang penumpang hariannya cukup banyak,” kata dia.
“Jika untuk efisiensi kereta bandara, lebih baik Stasiun BNI City tidak lagi untuk pemberhentian KRL. Lalu, jika Stasiun Karet ditutup, para pengguna jasa KRL akan berjalan cukup jauh dari Stasiun BNI City, dan hal tersebut membuat alur penumpang tidak efisien. Lebih baik ditinjau kembali wacana tersebut," tuturnya.
Vanisalona, seorang pengguna KRL lainnya, menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap rencana ini. Baginya, daripada menutup Stasiun Karet, lebih baik pihak berwenang melakukan perbaikan dan modernisasi stasiun.
ADVERTISEMENT
"Penutupan Stasiun Karet aku sangat tidak setuju karena banyak sekali orang yang mengakses Stasiun Karet. Daripada Stasiun Karet ditutup, lebih baik dibagusin aja, karena penumpang makin hari makin banyak dan pasti nggak cukup hanya di Sudirman saja. Coba aja lihat, teman-teman, Stasiun BNI City sepi, sedangkan Stasiun Sudirman lama pun ramai banget," jelasnya.
Suasana di Stasiun Karet. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Menurutnya, keberadaan Stasiun Karet sangat strategis, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan aksesibilitas lebih dekat dan efisien dibandingkan opsi lain yang tersedia.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap Stasiun KRL Karet akan ditutup tahun ini. Keputusan itu merupakan usaha melancarkan konektivitas antarstasiun yang saling berdekatan.
Stasiun Karet saat ini memiliki jarak yang berdekatan dengan Stasiun KRL sekaligus Stasiun Kereta Bandara BNI City dan Stasiun Sudirman. Karena itu, Erick menilai keberadaan Stasiun Karet tak lagi efektif untuk naik-turun penumpang.
ADVERTISEMENT
“Yang dibilang kan, bagaimana kita membangun ekosistem stasiun ini. Mungkin di Karet ditutup,” kata Erick kepada wartawan di Stasiun BNI City, Jakarta, Rabu (1/1) dikutip Kamis (2/1).
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT KAI, Rudi As Aturrridha menyebutkan, penutupan Stasiun Karet ini akan disesuaikan dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) 2025, meski begitu, dia tak menyebut kapan GAPEKA 2025 bakal terbit.
“Rencana nanti, di 2025, waktunya baru kita menunggu penyesuaian GAPEKA,” ujar Rudi.