Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kemenhub: Pelita Air Sudah Ajukan Izin Sebagai Maskapai Penerbangan Berjadwal
6 Oktober 2021 17:27 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan Pelita Air sudah mengajukan izin sebagai maskapai penerbangan niaga berjadwal ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub ). Hal ini dipastikan Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati.
ADVERTISEMENT
Pengajuan izin ini seiring dengan baru terisinya posisi direktur utama di maskapai anak usaha PT Pertamina (Persero) itu. Mantan bos Citilink Indonesia, Albert Burhan dipercaya mengisi kursi yang sudah 2 tahun kosong tersebut.
“Izin (Pelita Air) sudah diajukan ke Kemenhub,” ujar Adita merespons pertanyaan kumparan seputar perizinan Pelita Air, Rabu (6/10).
Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pelita Air Service Michael Umbas, juga memberi sinyal bahwa maskapai pelat merah ini tengah mengkaji potensi penerbangan berjadwal.
Menurut Michael, jajaran pimpinan perusahaan memastikan bakal menjalankan arahan pemegang saham, sembari memetakan peluang maskapai ke depan.
“Kami akan menjalan arahan pemegang saham untuk melihat peluang bisnis ke depan, seperti potensi untuk terbang berjadwal,” tutur Michael.
Dia menilai, pengangkatan Dirut Pelita membawa optimisme bagi perusahaan untuk mulai mencoba keluar dari gempuran pandemi COVID-19 terhadap dunia penerbangan.
ADVERTISEMENT
Adapun soal lini bisnis yang akan diekspansi secara khusus oleh Pelita, belum ada penjelasan baik dari manajemen hingga Kementerian BUMN selaku pemegang saham.
Sampai saat ini, kabar yang santer di publik adalah maskapai ini bakal mengambil tugas Garuda Indonesia khusus di rute domestik.
Soal ini, pengamat penerbangan Arista Atmaji menilai ketimbang mengambil peran Garuda, maskapai Pelita ini lebih tepat diproyeksikan sebagai penerus tugas Merpati Airlines.
“Pelita menggantikan Merpati menurut saya lebih logis. Kecuali Garuda enggak bisa lolos lubang jarum dengan lessor dan utangnya, itu skenario paling akhir," tutur Arista Atmaji.