Kemenhub Ungkap Tantangan Reaktivasi Jalur Kereta Api: Anggaran hingga Lahan

2 Maret 2023 16:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengecek jalur rel kereta api antara Stasiun Batutulis dan Stasiun Maseng. Foto: Dok. PT KAI Daop 1
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengecek jalur rel kereta api antara Stasiun Batutulis dan Stasiun Maseng. Foto: Dok. PT KAI Daop 1
ADVERTISEMENT
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berniat reaktivasi atau mengaktifkan kembali jalur kereta api. Salah satu yang sedang dibahas adalah reaktivasi jalur kereta api Ciwidey-Bandung.
ADVERTISEMENT
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Djarot Tri Wardhono, mengungkapkan pihaknya sudah menentukan jumlah jalur yang akan direaktivasi. Namun, rencana tersebut butuh anggaran jumbo.
"Kalau dari sistem anggaran yang ada, reaktivasi itu tantangannya penertiban lahan yang memerlukan biaya. Bukan pembebasannya. Itu hampir sama dengan pembangunan baru," kata Djarot saat media briefing di kantor Kemenhub, Kamis (2/3).
Djarot menjelaskan reaktivasi jalur kereta api perlu melihat kondisi rel yang eksisting. Jika rel masih bisa dipakai dan tidak perlu diganti, maka biayanya bisa lebih rendah. Sementara jika harus diganti semua, biayanya sama saja seperti membangun rel baru.
Media briefing bersama Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Djarot Tri Wardhono, Kamis (2/3/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Dia mencontohkan reaktivasi jalur kereta api di Sawahlunto, Sumatera Barat, sepanjang kurang lebih 4 kilometer. Menurutnya, reaktivasi tersebut biayanya rendah karena masih bisa mempertahankan rel yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita lihat dari reaktivasi di Garut juga ada beberapa pergantian rel, kalau tidak banyak relatif (murah) biayanya, tapi yang jadi tantangan ya penertiban," jelas Djarot.
Dalam kesempatan tersebut, Djarot juga membuka peluang reaktivasi jalur KA Ciwidey-Bandung karena sangat menarik bagi wisatawan. Pembukaan kembali jalur tersebut sempat ramai diperbincangkan di media sosial Twitter.
"Kita masih melakukan analisis terhadap reaktivasi jalur tersebut. Studi-studi yang ada di kami memang cukup banyak rencana reaktivasi, kami baru menghitung mana kira-kira yang memberikan satu manfaat besar sehingga bisa kita anggarkan ke sana," ungkap Djarot.
Selain penertiban lahan di jalur kereta api yang biasanya sudah ada bangunan di atasnya, Djarot juga menyebutkan masalah besar jika infrastuktur kereta api di jalur yang akan dihidupkan kembali tersebut sudah hilang.
ADVERTISEMENT
"Tetap ada potensi dihidupkan, tetapi pertimbangan-pertimbangan yang kita lakukan baik ekonomi, teknis, dan anggaran yang menjadikan kita menentukan prioritas mana yang akan kita bangun," tutur Djarot.
Berdasarkan catatan kumparan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama Kemenhub sudah berencana mengaktifkan kembali empat jalur kereta nonaktif di Jawa Barat (Jabar), yaitu jalur Cibatu-Garut-Cikajang, Rancaekek-Tanjungsari, Bandung-Ciwidey dan Pangandaran-Bandung. Proses reaktivasi ini telah mulai dijalankan sejak awal 2019.
Sejumlah jalur kereta api yang akan direaktivasi oleh PT KAI merupakan jalur lama yang sudah berpuluh tahun tak dilintasi kereta. Jalur Cibatu-Garut misalnya, yang membentang sepanjang 19 km, sudah ada sejak tahun 1889. Jalur ini kemudian ditutup tahun 1983.
Keempat jalur tersebut memiliki panjang keseluruhan 178,8 kilometer (km). Sementara itu, untuk proyek reaktivasi keempat jalur tersebut membutuhkan anggaran mencapai Rp 7,28 triliun.
ADVERTISEMENT
Nantinya jalur Bandung-Ciwidey memiliki potensi 5.087 penumpang per hari, lalu jalur Rancaekek-Tanjungsari 10.250 penumpang per hari. Untuk Banjar-Pangandaran-Cijulang berpotensi 3.016 penumpang per hari dan Cibatu-Cikajang 1.113 penumpang per hari. Dari keempat jalur tersebut, sebagian besar memiliki potensi wisata dan sebagian komoditas perkebunan.