Kemenkeu Beberkan Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap APBN

4 Oktober 2024 15:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di kompleks parlemen, Kamis (7/9/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di kompleks parlemen, Kamis (7/9/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, menjelaskan terkait dampak konflik Timur Tengah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
ADVERTISEMENT
Menurut Febrio, situasi global saat ini menuntut Indonesia untuk terus waspada terhadap potensi shock atau guncangan yang datang tiba-tiba. Sebelumnya, Indonesia telah berhasil menavigasi tantangan dari kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, meskipun ketidakpastian mengenai arah kebijakan tersebut masih ada.
Dalam konteks konflik Timur Tengah yang tengah berlangsung, Febrio memastikan Kemenkeu selalu menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak dari gejolak global tersebut.
"Makanya APBN kita itu, kita selalu sebut istilahnya shock absorber," kata Febrio kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jumat (4/10).
Febrio mengatakan APBN memiliki mekanisme untuk meredam dampak guncangan global, terutama yang berpotensi mempengaruhi masyarakat luas.
Meski begitu, dia menegaskan dampak konflik Timur Tengah terhadap APBN 2024 relatif aman, mengingat beberapa indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Salah satunya adalah penguatan nilai tukar rupiah, penurunan suku bunga, dan harga komoditas yang mulai stabil dibandingkan pertengahan 2023.
ADVERTISEMENT
"Sampai akhir tahun ini, untuk pelaksanaan APBN 2024 kita relatif sudah aman," ungkap Febrio.
Febrio menuturkan masih ada tantangan yang harus diantisipasi dengan baik, terutama untuk 2025. "Tantangan berikutnya tentu bagaimana kita mengantisipasi dan mitigasi untuk 2025 dengan situasi yang mungkin masih akan tetap sama," tutur Febrio.