Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor Indonesia

23 April 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II, saat crane membongkar muat peti kemas dari kapal-kapal kargo. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memonitor dampak ketegangan geopolitik Iran-Israel terhadap kinerja ekspor Indonesia. Adapun, serangan Israel ke salah satu pangkalan militer Iran menjadi sorotan dunia, karena memicu kekhawatiran komunitas internasional akan potensi eskalasi perang yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu mengatakan aktivitas ekonomi sepanjang tahun 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global. Itu di antaranya tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional. Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” kata Febrio dalam keterangan resminya, Selasa, (23/4).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu di Hotel Mandarin Oriental Jakarta, Selasa (24/10/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Febrio mengatakan menurut WEO (World Economic Outlook) yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2 persen. Perkiraan ini masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Febrio mengatakan neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2024 kembali mengalami surplus sebesar USD 4,47 miliar. Hal itu memperpanjang capaian surplus neraca perdagangan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak bulan Mei 2020.
Nilai tersebut tercatat lebih tinggi USD 1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada bulan Februari 2024, dan lebih tinggi terhadap bulan yang sama di tahun 2023 yang tercatat sebesar USD 2,83 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Maret mencapai USD 7,31 miliar.
“Capaian positif ini tentunya patut kita syukuri, di tengah ketidakpastian perekonomian global, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik,” jelasnya.
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada bulan Maret 2024 tercatat sebesar USD 22,43 miliar, turun 4,19 persen secara year on year (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor pada bulan Maret 2024 meningkat 16,40 persen month to month (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang bulan Maret, khususnya untuk komoditas batu bara dan logam mulia.
ADVERTISEMENT