Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kemenkeu Raup PNBP Rp 115,9 Triliun Kuartal I 2025, 22,6 Persen dari Target APBN
8 Mei 2025 13:24 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp 115,9 triliun hingga 31 Maret 2025 atau kuartal I 2025.
ADVERTISEMENT
Plh Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Suahasil Nazara, mengatakan menilai realisasi yang mencapai 22,6 persen dari target APBN 2025 tersebut menunjukkan pungutan PNBP masih sesuai dengan harapan, meskipun terguncang dengan ketidakpastian global.
"Pada tahun 2025, PNBP sampai dengan Maret telah mencapai Rp 115,9 triliun, yang artinya adalah sekitar 22,6 persen dari target PNBP secara keseluruhan," katanya saat rapat dengan Komisi XI DPR, Kamis (8/5).
Suahasil menjelaskan, secara rinci, PNBP terdiri dari 5 komponen. Pertama, PNBP SDA Migas saat ini telah dikumpulkan Rp 24,9 triliun atau 20,6 persen dari target APBN.
Kemudian PNBP SDA non-Migas yang mencakup sektor mineral dan batu bara (minerba), kehutanan, perikanan, dan panas bumi mencapai Rp 25,732 triliun atau 26,5 persen dari target.
ADVERTISEMENT
PNBP kekayaan negara yang dipisahkan (KND) yang merupakan dividen (BUMN) mencapai Rp 10,9 triliun, 12,1 persen dari target, PNBP lainnya Rp 37,2 triliun atau 29 persen dari target, serta BLU Rp 17,1 triliun, 21,9 persen dari target.
"Kalau kita lihat empat komponen selain KND, rata-rata sudah di atas 20 persen dari target dan ini cukup baik, bahkan PNBP lainnya itu sudah hampir 30 persen dari target," ujar Suahasil.
Suahasil menjelaskan, realisasi PNBP 3 bulan pertama 2025 dipengaruhi terutama oleh tekanan harga komoditas energi, bahkan harga batu bara yang meluncur di bawah USD 100 per ton di awal tahun ini.
Sementara harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) turun dibandingkan tahun lalu USD 77,67 per barel, saat ini berada di level USD 74,24 per barel. PNBP SDA Migas juga terdampak kinerja lifting migas yang masih di bawah asumsi APBN 2025.
ADVERTISEMENT
"Brent maupun batu bara, kita lihat pertumbuhan harganya itu negatif, artinya harganya turun, brent itu month to month-nya turun, year to date-nya dibandingkan 1 Januari 2025 juga lebih rendah dan year on year-nya juga lebih rendah. Batu bara juga seperti itu," tuturnya.
Selain itu, harga komoditas pangan juga negatif, seperti minyak kelapa sawit (CPO) meskipun secara tahunan meningkat, harganya menurun secara bulanan. Sama halnya dengan beras.
Kemudian harga komoditas mineral logam. Suahasil mencontohkan 2 komoditas terpenting yakni tembaga dengan nikel. Tembaga mengalami pergerakan yang positif hingga 6 persen secara tahunan, namun berbeda dengan nikel.
"Nikel ini kita lihat secara year on year negatif 9 persen, dibandingkan 1 Januari kira-kira minus 0,5 persen, relatively flat tapi secara month on month terjadi penurunan 4,5 persen. Gerakan ini semua akan mempengaruhi penerimaan kita," ungkap Suahasil.
ADVERTISEMENT