Kemenkeu Sebut RI Bisa Ambil Keuntungan Jika AS Resesi

6 Agustus 2024 19:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BKF Kemenkeu, Febrio Kacaribu di Gedung AA Maramis, Kamis (25/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKF Kemenkeu, Febrio Kacaribu di Gedung AA Maramis, Kamis (25/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, menyebut Indonesia bisa mendapatkan keuntungan jika perekonomian Amerika Serikat (AS) mengalami resesi. Apalagi, resesi tersebut bisa saja membuat bank sentral AS atau The Fed menurunkan suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
"Dalam konteks untuk stabilitas makro kita dampaknya sementara ini mostly positif di mana kalau suku bunga AS diturunkan itu membuat tekanan untuk capital outflow harusnya bisa berkurang artinya tingkat suku bunga kita di dalam negeri baik yang dalam rupiah terutama itu akan relatif cukup menarik bagi investor," kata Febrio usai Seminar Keterbukaan Informasi Publik Kementerian Keuangan Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (6/8)..
Febrio mengatakan kondisi perekonomian yang terjadi di Amerika Serikat sedang di bawah ekspektasi, seperti kenaikan pengangguran dan bank sentral AS atau The Fed tak kunjung menurunkan suku bunga acuan.
"Penganggurannya ternyata lebih tinggi dari apa yang mereka bayangkan. Lalu tingkat suku bunga kebijakan mereka dipandang oleh pasar harusnya sudah lebih awal dipotong, tapi kita kalau dari Indonesia memang kita melihat bahwa dinamika dari tingkat suku bunga dan ekspektasinya itu memang sudah berubah-berubah dari awal tahun," ujar Febrio.
ADVERTISEMENT
"Sejak awal tahun kita melihat ada ekspektasi untuk pemotongan tiga kali lalu kemudian di tengah tahun atau beberapa bulan kemudian berubah, nah sekarang ini dengan data yang baru memang probabilitasnya konsensusnya mengarah pada pemotongan yang lebih banyak," tambahnya.
Mengutip dari Reuters, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tingkat ketenagakerjaan nonpertanian (nonfarm payrolls) meningkat sebesar 114.000 pekerjaan bulan lalu. Jumlah itu jauh di bawah perkiraan rata-rata 175.000 oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Selain itu, setidaknya 200.000 pekerja yang menurut para ekonom diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan populasi. Tingkat pengangguran melonjak hingga 4,3 persen, mendekati level tertinggi dalam tiga tahun.
Data tersebut menambah kekhawatiran ekonomi AS melambat lebih cepat dari yang diantisipasi, sebab The Fed keliru dengan mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan kebijakannya yang berakhir pada hari Rabu.
ADVERTISEMENT
"Nah ini yang kita pantau hari demi hari tentunya perubahan ini harus kita pantau dengan ketat sehingga langkah-langkah yang kita lakukan juga terukur dengan baik," kata Febrio.