Kemenkeu: Tak Ada Negara Sukses Revolusi Industri Tanpa Transfer Teknologi

27 Desember 2022 14:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani Kiki Verico. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani Kiki Verico. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional Kemenkeu Kiki Verico menyebutkan pentingnya transfer teknologi bagi sebuah negara yang mau melakukan revolusi industri. Hal itu dia katakan dalam Seminar Outlook Industri 2023 di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (27/12).
ADVERTISEMENT
"Tidak ada negara yang melakukan revolusi industri, mencoba produksi sendiri tanpa transfer teknologi," kata Kiki.
Anak Buah Menteri Keuangan Sri Mulyani itu mengatakan, industri yang berdiri di Indonesia saat ini didominasi oleh industri makanan dan minuman. Jumlah manufaktur makanan dan minuman sebanyak 25 persen, disusul tekstil 10 persen, pakaian jadi 9 persen, galian bukan logam 7 persen, karet dan plastik 7 persen, serta furnitur dan kayu sebesar 5 persen.
Meski porsinya besar, nilai tambah yang dihasilkan dari investasi manufaktur makanan dan minuman relatif kecil, dibanding manufaktur elektronik dan otomotif.
Pekerja menyelesaikan pembuatan camilan pisang aroma di industri makanan ringan Mahkota Desa Gesing, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (19/4/2022). Foto: Anis Efizudin/Antara Foto
"Kita paling banyak makanan dan minuman, tapi kalau nilai tambah, kita enggak bisa bohong kalau nilai tambah paling besar dari investasinya itu elektronik, otomotif, dan komputer," kata Kiki.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, kalau Indonesia mau masuk ke rantai pasok global, Indonesia bisa memasok komponen untuk tiga segmen manufaktur tersebut. "Tiga itu yang menguasai dunia. Kalau kita mau masuk bahan baku ya masuk ke situ," kata Kiki.
Strategi tersebut, sudah dilakukan Malaysia sejak tahun 80-an. Oleh sebab itu, saat ini manufaktur elektronik Malaysia cukup kuat.
"Di national economic Malaysia awal 80-an, industri makanan dan minuman kita transformasikan menjadi elektronik, kan sekarang Malaysia kuatnya di elektronik," kata Kiki.
Dia mengatakan, bergesernya dominasi manufaktur seperti itu bisa datang dari intervensi kebijakan pemerintah. Sementara, dia melihat sebaran industri elektronik dan otomotif di Indonesia ini masih terkonsentrasi di Jawa Barat, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah masih didominasi industri makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
"Belum tersebar, pertanyaannya kenapa, berarti dua. Ada persoalan global value chain dan sebarannya. Ini yang mungkin kita bicarakan hilirisasi, bagaimana pabrik tersebar di seluruh Indonesia," pungkas dia.