Kemenko Marves: Butuh 20 Tahun Kendaraan Listrik Bisa Dominan di Indonesia

9 Agustus 2024 20:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengisian daya mobil listrik. Foto: Owlie Productions/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengisian daya mobil listrik. Foto: Owlie Productions/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyebutkan setidaknya butuh 15-20 tahun lagi kendaraan listrik bisa mendominasi pilihan transportasi pribadi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin, menuturkan untuk menghadapi masalah polusi udara, salah satu solusi yang manjur adalah mengurangi penggunaan BBM yang butuh proses pembakaran.
"Solusi permanennya adalah cari kendaraan yang tidak bakar-bakar. Sebenarnya sudah ada kendaraan listrik, tapi masih lama lah itu sampai bisa menjadi dominan. Masih saat ini penjualannya masih sangat sedikit," jelasnya saat Multi Stakeholder Consultation Meeting Persiapan Pasokan BBM untuk Penerapan BBM Euro 4, Jumat (9/8).
Rachmat menegaskan, butuh waktu lama untuk menggantikan dominasi 20 juta mobil dan 120 juta motor internal combustion engine (ICE) menjadi kendaraan listrik atau battery electric vehicle (BEV).
"Kita hitung-hitung di Menko Marves ya mungkin masih 15-20 tahun lagi supaya ini bisa menjadi dominan. Karena hari ini ada 20 juta mobil, 120 juta motor, itu pasti butuh waktu untuk market, penerimaan pasarnya naik dulu dan mengganti yang sudah ada," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, sementara ini pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki kualitas BBM untuk menurunkan emisi gas buang kendaraan, dengan menaikkan standarnya menjadi Euro 4.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Jumat (10/11). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Rachmat mengakui, Indonesia sangat ketinggalan dari negara lain terkait implementasi BBM Euro 4 ini. Pasalnya, sudah banyak yang menerapkan BBM berstandar Euro 6.
"Standar sekarang yang menjadi dipakai di berbagai negara yang lain itu sudah memasuki Euro 6. Itu standar 10 tahun yang lalu, 2014 kalau tidak masalah. Indonesia saja yang memang hari ini karena berbagai keterbatasan kita masih stuck," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah sudah menerapkan sederet kebijakan insentif kendaraan listrik, yakni mencakup mobil listrik dengan insentif PPN ditanggung pemerintah 10 persen, sehingga pembeli hanya bayar 1 persen.
Kemudian diskon pembelian motor listrik baru sebesar Rp 7 juta per unit. Sementara untuk insentif konversi motor BBM menjadi listrik sebesar Rp 10 juta per unit.
ADVERTISEMENT
Insentif tersebut, kata Rachmat, berhasil menaikkan penjualan kendaraan listrik. Contohnya mobil listrik dari 500 unit dan mobil hybrid 1.200 unit di semester I 2022, menjadi 5.800 mobil listrik dan 16.600 mobil hybrid di semester I 2023.
"Naik 1.200 persen totalnya ini termasuk hybrid juga yang totalnya 1.700 unit jadi 22,4 ribu," jelasnya saat acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), Kamis (8/8).
Sementara hingga semester I 2024, Kemenko Marves mencatat penjualan mobil listrik dan hybrid mencapai 37.500 unit, yakni 12.200 mobil listrik dan 25.300 hybrid.