Kemenparekraf Fokus Genjot Pariwisata Ramah Muslim, Bagaimana Strateginya?

14 Oktober 2022 19:31 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi desa wisata di Lombok. Foto: Said Safri/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi desa wisata di Lombok. Foto: Said Safri/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berniat mengembangkan pariwisata yang ramah muslim. Staf Menparekraf, Andi Maipa Dewandaru, mengatakan pariwisata halal atau pariwisata ramah muslim mempunyai market yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Andi mengungkapkan berdasarkan data dari State of The Global Islamic Economy Report tahun 2019, jumlah spending wisatawan muslim di dunia mencapai 12 persen dari total spending wisatawan global yang mencapai USD 1,66 triliun..
"Sementara itu, USD 200.3 juta merupakan spending yang dikeluarkan untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan wisatawan muslim," kata Andi saat acara signing ceremony MoU PPHI dan CrescentRating di Kantor Pusat KNEKS, Jumat (14/10).
Menurutnya, konsep pariwisata ramah muslim yang dikembangkan oleh Kemenparekraf merujuk pada seperangkat layanan tambahan (extended services) terkait amenitas, daya tarik wisata, dan aksesibilitas yang ditujukan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan dan keinginan wisatawan muslim.
Staf Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Andi Maipa Dewandaru dalam acara signing ceremony MoU PPHI dan CrescentRating di Kantor Pusat KNEKS, Jumat (14/10/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
Untuk itu, Andi menjelaskan berbagai layanan tambahan akan disiapkan. Pertama, need to have seperti halal food services dan fasilitas untuk salat.
ADVERTISEMENT
"Kedua, good to have seperti toilet yang user friendly bagi muslim dan muslimah," ujar Andi.
Ketiga, nice to have seperti fasilitas rekreasi yang family atau moslem friendly. Andi percaya, kenyamanan wisatawan muslim di dalam tempat wisata sebenarnya yang menjadikan suatu destinasi sebagai kawasan wisata ramah muslim.
"Wisata ramah muslim bukan berarti mensyariahkan tempat wisata," ungkap Andi.

Strategi Kemenparekraf Kembangkan Pariwisata Ramah Muslim

Andi mengungkapkan pihaknya sudah menyiapkan strategi dalam pengembangan pariwisata ramah muslim. Pertama, inovasi melalui pendekatan big data dan memperkuat pariwisata berbasis digital dengan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk promosi pariwisata.
"Di tahun 2022 ini, Kemenparekraf bersama-sama dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) telah menerbitkan buku Panduan Pariwisata Ramah Muslim di 5 Destinasi Favorit," ujar Andi.
ADVERTISEMENT
Andi menjelaskan dalam buku tersebut memuat informasi yang dapat memandu wisatawan muslim dalam berwisata di 5 destinasi super prioritas Indonesia, yakni di Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang. Buku tersebut juga dikemas dalam bentuk fisik dan e-book yang dapat diakses melalui www.indonesia.travel.
Kedua, adaptasi melalui implementasi protokol kesehatan Cleanliness, Health, Safety & Environmental Sustainability (CHSE). Untuk itu, Andi terus mendorong para pelaku usaha pariwisata seperti hotel atau homestay, rumah makan, usaha transportasi wisata, dan pengelola-pengelola daya tarik wisata untuk mendaftarkan usahanya agar dapat disertifikasi CHSE.
Ketiga, kolaborasi. Andi memastikan Kemenparekraf terus bersinergi dengan seluruh stakeholders terkait dalam upaya pengembangan pariwisata ramah Muslim. Di tahun 2022 yang lalu, Kemenparekraf telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dewan Masjid Indonesia sebagai upaya untuk menjadikan Masjid sebagai atraksi wisata minat khusus penunjang pariwisata ramah muslim di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan siapa saja demi tercapainya tujuan pengembangan pariwisata ramah Muslim yang inklusif memberikan kebermanfaatan bagi seluruh masyarakat," tutur Andi.