Kemenperin Bidik Target Industri Mamin Tumbuh 6,18 Persen Tahun Ini

25 Maret 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hero Supermarket gelar Italian Fair, pamerkan makanan dan minuman dari Italia. Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Hero Supermarket gelar Italian Fair, pamerkan makanan dan minuman dari Italia. Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) sebesar 6,18 persen di 2024. Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi industri tahun lalu yang sebesar 4,7 persen.
ADVERTISEMENT
Dirjen Industri Agro Kemenperin,Putu Juli Ardika mengatakan untuk mencapai target tersebut, perusahaan perlu melakukan strategi menjaga bahan baku produksi industri.
“Strateginya kita harus mengamankan jaminan bahan baku berproduksi. Kedua, semua distribusi bukan menjaga stok bukan hanya produksi. Intinya semua stok dan distribusi aman dan ada di dekat masyarakat,” jelas Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3).
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi), Adhi S. Lukman menuturkan, pelaku usaha berharap industri mamin tahun ini dapat bertumbuh di atas 5 persen. Hal ini seiring dengan perekonomian yang sudah pulih, apalagi momen Pemilu yang telah usai.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
“Saya berharap tahun ini di atas 5 persen. Jadi tahun lalu sebetulnya harapan saya tahun lalu itu di atas 5 persen, tapi ternyata tidak tercapai, memang banyak sekali kendala-kendala. Kondisi tahun ini sudah ada penyesuaian apalagi Pemilu sudah selesai dan aman, saya juga dapat laporan dari ritel sudah mulai bergerak,” kata Adhi.
ADVERTISEMENT
Dirinya mengatakan, para pengusaha di tahun ini tidak menaikkan harga produk, meskipun ongkos produksi seperti harga gula rafinasi telah terkerek.
“Strateginya banyak perusahaan yang tidak menaikkan harga produk, karena kita tahu banyak harga pangan yang naiknya cukup tinggi sehingga kita berharap konsumen bisa tetap punya uang untuk membeli makanan sekunder,” jelas Adhi.