Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kemenperin Buka Suara soal Harga Obat di RI Lebih Mahal dari Negara Tetangga
9 Juli 2024 19:44 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin ) buka suara soal mahalnya obat di Tanah Air dibandingkan negara tetangga.
ADVERTISEMENT
Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Reny Yanita, mengatakan tingginya harga obat yang dijual di Tanah Air berkaitan erat dengan utilitas industri farmasi. Sementara, utilitas industri ini dibentuk oleh tinggi rendahnya permintaan yang masuk.
“Kalau harga hubungannya ke utilisasi, kalau utilisasinya baru 50 persen, dia akan jual lebih mahal lagi, itu utilisasi itu kan yang bentuk kan demand,” kata Reny di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (9/7).
Dia mencontohkan, saat kapasitas mesin industri ini dalam posisi 100 persen, lalu industri memproduksi produk sebanyak 80 persen, tetapi yang laku di pasaran hanya 50 persen, maka produksi selanjutnya hanya akan 50 persen. “Sementara untuk biaya energi sama, pasti kan biaya jadi lebih mahal,” tambah Reny.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, hal ini lah yang menjadi latar belakang Kemenperin terus mengampanyekan penggunaan produk dalam negeri. Salah satu tujuannya, agar harga produk industri lokal dapat lebih terjangkau.
“Kenapa kita kan menggaung-gaungkan produk lokal, karena itu tadi, kalau belinya banyak akan meningkatkan utilisasi, kalau utilisasinya naik harganya lebih murah,” imbuh Reny.
Di sisi lain, Reny bilang, Kemenperin juga tengah dalam rencana untuk menggalakkan produksi bahan baku industri farmasi nasional. “Kita mau menggalakkan bahan baku obat nasional yang sudah diproduksi kan, kalau sudah bisa kita cek,” tutup Reny.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan harga obat dan alat kesehatan atau alkes di Indonesia masih mahal.
Budi Gunadi mencontohkan perbedaan harga obat di Indonesia dan Malaysia mencapai 3-5 kali lipat. Ini juga terjadi karena inefisiensi perdagangan hingga tata kelola. Menurut dia, Presiden Jokowi sudah meminta agar harga obat dan alat kesehatan bisa sama murahnya dengan negara tetangga.
ADVERTISEMENT
"Dia (Jokowi) ingin agar harga kesehatan dan obat-obatan itu bisa sama, dong, dengan negara-negara tetangga. Kan, kita harga alat kesehatan dan obat-obatan mahal. Yang nomor dua, beliau juga pesan obat-obatan dan alat kesehatan industri dalam negeri dibangun supaya bisa lebih di-resilliance Indonesia kalau ada pandemi lagi," kata Budi Gunadi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/7).
Budi Gunadi menilai mahalnya harga obat dan alkes di Indonesia tidak terlepas dari industri kesehatan di Tanah Air yang belum maju. Menurutnya, kondisi itu karena inefisiensi jalur perdagangan dan tata kelola.
"Mesti dibikin lebih transparan dan terbuka sehingga tidak ada peningkatan harga yang unreasonable, deh, atau unnecessary dalam proses pembelian alkes dan obat-obatan. Itu, kan, itu lebih masalah tata kelola dan desain proses pembelian kita itu seperti apa," ujar Budi Gunadi.
ADVERTISEMENT