Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kemenperin Catat RI Baru Punya 33 Pabrik Modul Surya, Kapasitas 4,3 GW per Tahun
25 Maret 2025 12:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indonesia baru memiliki 33 pabrik modul surya (solar photovoltaic/PV) dengan kapasitas tahunan sebesar 4,3 gigawatt (GW) dan kapasitas per modul surya sebesar 720 Watt Peak.
ADVERTISEMENT
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, mengatakan pemerintah terus mendorong investasi pada energi baru terbarukan (EBT), salah satunya industri sel surya dan modul surya, dalam upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Solehan mengatakan, pasar untuk produk modul surya mulai tumbuh dengan pesat, antara lain dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baik ground mounted maupun floating, dan tumbuhnya permintaan dari PLTS atap (solar rooftop) baik dari sektor rumah tangga, komersial, maupun industri.
"Salah satu industri pendukung pembangkit yang sangat berkembang saat ini adalah industri modul surya. Di Indonesia saat ini terdapat 33 pabrikan modul surya bapak ibu dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 4,3 GW dan secara spesifikasi kapasitas per modul surya mencapai 720 Watt Peak," ungkapnya saat Peluncuran Studi Market Assesment Indonesia Manufacturing Industry for Renewable Energy, Selasa (25/3).
Meski begitu, Solehan menyebutkan industri modul surya di Indonesia belum dimulai dari selnya, namun dari wafer silika yang harus diproses lebih lanjut menjadi sel-sel surya, baru menjadi modul surya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, hal ini menjadi peluang bagi industri manufaktur di dalam negeri untuk melaksanakan transfer teknologi dalam hal pengembangan rantai pasok modul surya yang lebih terintegrasi.
"Ini memang kelihatan kemajuan dari industri dalam negeri untuk mengadopsi teknologi yang ada sehingga bisa memenuhi kita harapkan bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri," tutur Solehan.
Selain itu, lanjut dia, Kemenperin juga akan terus mendorong perkembangan industri pendukung EBT yang lain, seperti industri sel surya, baterai, generator, turbin air, dan turbin angin.
:Seperti yang kita ketahui, memang salah satunya adalah nikel. Nikel ini bisa diolah menjadi berbagai hal, termasuk untuk baterai PV. Jadi, itu sudah mulai kita dorong untuk realisasinya. Semoga-moga dalam waktu dekat akan terjadi nanti pabrik baterai," jelas Solehan.
ADVERTISEMENT
Industri Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif
Di sisi lain, Solehan menyebutkan industri manufaktur dalam kondisi yang ekspansif. Kondisi ini tercermin dari capaian PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Februari 2025 menyentuh level 53,6 poin.
"Jadi naik dari 51,9 poin pada Januari 2025. PMI Manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif karena selalu berada di atas level 50 poin. Angka tersebut pun sudah bertahan selama tiga bulan berturut-turut, Ini artinya industri manufaktur masih bergeliat di saat-saat kondisi saat ini," kata Solehan.