Kemenperin Optimistis Industri Mamin Mampu Hadapi Ancaman Resesi Global di 2023

28 November 2022 17:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peresmian perluasan Pabrik PT Heinz ABC Indonesia di Karawang, Senin (28/11/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian perluasan Pabrik PT Heinz ABC Indonesia di Karawang, Senin (28/11/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah berulang kali menyinggung tahun depan akan menjadi tahun yang gelap karena adanya ketidakpastian ekonomi global yang bisa menimbulkan resesi. Dalam situasi menghadapi risiko tahun depan, ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 bisa tumbuh 5,72 persen.
ADVERTISEMENT
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Emil Satria mengaku optimistis bahwa industri makanan dan minuman atau industri mamin tetap tumbuh. Ia juga memprediksi industri mamin dapat tumbuh sekitar 5 hingga 7 persen di tengah ancaman resesi yang datang pada 2023.
"Kami optimistis dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman di atas 5 persen, karena kami melihat beberapa jenis itu pertumbuhannya ada yang sampai dua digit," ujar Emil dalam peresmian perluasan Pabrik PT Heinz ABC Indonesia di Karawang, Senin (28/11).
Ia melihat industri pengalengan ikan sebagai salah satu jenis industri makanan yang mengalami pertumbuhan hingga 10 persen. Hal tersebut menjadi salah satu pendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman bakal positif di tengah isu resesi ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenperin, Dody Widodo mengungkapkan bahwa Indonesia dinilai berhasil menjadi salah satu negara yang mampu mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 hingga level 1. Keadaan ekonomi Indonesia yang kian membaik diikuti oleh sektor industri yang telah memasuki tahap pemulihan.
"Ini ditunjukkan dengan kinerja industri pengolahan non-migas yang berangsur pulih dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88 persen di Kuartal III-2022 dan Purchasing Manager’s Index (PMI) IHS Markit selama tahun 2022 menunjukkan terjadi ekspansi lebih dari level 50 di mana pada Bulan Oktober 2022 PMI manufaktur Indonesia mencapai 51,8," jelas Dody.
Ia menyebutkan, pada periode Januari hingga September 2022, ekspor industri makanan dan minuman mencapai USD 35,99 miliar termasuk minyak kelapa sawit yang masuk ke dalam sektor yang memiliki kinerja positif terhadap neraca perdagangan. Hal ini berbanding terbalik dengan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar USD 12,76 Miliar.
ADVERTISEMENT
"Di sisi lain, industri makanan dan minuman mampu menarik investasi sebesar Rp 41,37 triliun sampai dengan kuartal II 2022 dan secara keseluruhan menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 5,5 juta orang," pungkasnya.