Kemenperin Sebut China Ketar-Ketir AS Ketok Pajak Impor Mobil 100 Persen

12 Juli 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pabrik produsen otomotif asal China, GAC Aion, di Guangzhou, China, Selasa (28/5). Foto: kumparan/Angelina Anjar
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pabrik produsen otomotif asal China, GAC Aion, di Guangzhou, China, Selasa (28/5). Foto: kumparan/Angelina Anjar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menaikkan tarif pajak impor mobil listrik (electronic vehicle/EV) dari China hingga empat kali lipat menjadi 100 persen. Adapun, China merupakan produsen EV nomor satu di dunia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya China, pemerintah Uni Eropa juga mengenakan bea masuk sebesar 37,6 persen untuk impor kendaraan listrik asal China.
Merespons hal itu, Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Kementerian Perindustrian, Syahroni Ahmad mengatakan, saat ini pemerintah China ketar-ketir dengan adanya kebijakan tersebut.
Roni menyebut, pemerintah China mencoba untuk menghindari besarnya pajak AS dengan memproduksi kendaraan listrik di sejumlah negara di dunia. Salah satunya Indonesia. Beberapa perusahaan mobil China yang sudah masuk ke Indonesia adalah Hyundai, Omoda, dan BYD.
“Produsen utama EV dunia, China itu mereka cukup ketar-ketir dan mereka berencana memproduksi EV-nya di negara lain termasuk di Turki dan Indonesia,” kata Roni dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (12/7).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kebijakan Cina untuk memproduksi EV di tanah air membawa angin segar bagi Indonesia untuk masuk dalam rantai pasok produsen EV dunia.
Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Syahroni Ahmad di kantornya, Jumat (12/7). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
“Kita sedang gencar sekali mempromosikan peluang investasi di EV Indonesia. Kita sedang bangun ekosistem EV mulai dari penyediaan charging station hingga baterai, ” ungkapnya.
Roni melanjutkan, sejumlah negara sudah menyatakan komitmen kerja sama dalam pembuatan kendaraan listrik. Antara lain Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China.
“Kalau China mau produksi EV dan motor Listrik, Jepang mengenai baterai kendaraan listrik. Korea Selatan tentang konsep technopark, mereka ingin buat pusat verifikasi baterai,” kata Roni.
“Sementara yang Taiwan ini kaitannya dengan GVC (global value chain) Indonesia berperan di situ. Taiwan mau masuk Indonesia sudah buat pabrik EV di kawasan industri Batam. Mudah-mudahan September bisa produksi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT