Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Kemenperin Sebut Peran RI di Rantai Pasok Global Turun 17 Tahun Berturut-turut
12 Juli 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan peran Indonesia dalam rantai pasok global alias global value chain turun selama 17 tahun berturut-turut. Penurunan ini terjadi baik secara forward maupun backward linkage.
ADVERTISEMENT
Adapun forward linkage merupakan kegiatan produksi barang di negara lain dengan melakukan ekspor bahan baku hingga bahan penolong. Sementara backward linkage merupakan kegiatan produksi dengan melakukan impor bahan baku dan penolong dari negara lain.
“Partisipasi Indonesia cenderung menurun baik secara forward linkage dan backward linkage,” kata Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Syahroni Ahmad di kantor Kemenperin, Jumat (12/7).
Roni menjelaskan pada tahun 2000 rasio partisipasi forward GVC Indonesia mencapai 21,5 persen yang kemudian turun menjadi 12,9 persen di tahun 2017. Selama periode yang sama 2000-2017, rasio partisipasi backward GVC Indonesia juga turun dari 16,9 persen menjadi 10,1 persen.
Roni mengatakan rasio partisipasi forward GVC yang lebih tinggi dibandingkan backward GVC ini menunjukkan Indonesia masih lebih banyak terlibat pada aktivitas di hulu (upstream).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, jika dipetakan dalam smiling curve, keterlibatan Indonesia dalam GVC masih didominasi pada aspek produksi yang berada di periferi rantai suplai atau nilai dan masih sedikit pada aspek R&D yang perannya lebih sentral atau strategis dan memiliki nilai tambah lebih besar dalam GVC.
“Hal inilah yang membedakan bagaimana negara maju dan negara berkembang terlibat dalam sebuah GVC, di mana negara maju lebih banyak berkontribusi pada aspek R&D, desain, pemasaran, dan jasa,” ungkap Roni.
Roni menyontohkan produksi sepatu Nike asal Amerika Serikat. Dia menyebut Nike tidak memiliki pabrik sepatu sendiri, produksi dilakukan di sejumlah negara berkembang.
“Itu mereka tidak punya pabrik sepatu sendiri, mereka dikerjakan oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tapi mereka mengerjakan desain, nilai tambahnya menjadi mereka punya lebih besar,” kata Roni.
ADVERTISEMENT
Roni melanjutkan, pihaknya memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam GVC. Antara lain, perusahaan dapat memberikan pendidikan dan pelatihan, efisiensi manajemen, aliansi strategis dengan MNC, serta pemenuhan standar internasional.
“Di sini, pemerintah bisa memberikan pelatihan teknis khususnya bagi IKM. Misalnya pendampingan ekspor, kebijakan terkait fasilitasi dalam perdagangan internasional, serta market intelligence,” tutur Roni.