Kemenperin Ungkap Bahan Baku Jadi Tantangan Jalankan Hilirisasi Rotan

Ilustrasi tas rotan dan anyaman Bali. Foto: PurMoon/Shutterstock

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengeklaim hilirisasi komoditas rotan sudah berjalan. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Merrijantij Pungguan Pintaria, mengatakan ada tantangan yang harus bisa diselesaikan dalam menjalankan hilirisasi tersebut.

"Hilirisasi rotan sudah berjalan baik hanya saja karena bahan bakunya lokasinya berjauhan dan tidak ada info lokasi bahan baku di pusat-pusat lokasi bahan bakunya sehingga menyusahkan (industri) cari bahan baku," kata Merri saat ditemui di Hotel Mercure, Jakarta, Jumat (22/9).

Kemenperin saat ini sedang menyiapkan integrasi informasi lokasi tersedianya bahan baku rotan agar bisa dengan mudah diakses para pelaku industri.

Bukti hilirisasi rotan sudah berjalan terlihat di data Kemenperin, bahwa Indonesia pada 2021 menjadi eksportir terbesar produk olahan rotan (Kode HS 460122 dan 460212/produk anyaman rotan; HS 940153 dan 940383/produk furnitur rotan) dengan nilai USD 208.138.340.

Kinerja ekspor produk olahan rotan tersebut meningkat 31 persen dibanding 2021 senilai USD 158,48 juta. Jumlah tersebut terus naik dari tahun 2018 dan 2019 yakni masing-masing hanya USD 122,20 juta dan USD 137,44 juta.

Adapun negara terbesar eksportir produk olahan rotan pada tahun 2021 adalah China dengan nilai USD 101,13 juta, disusul Vietnam, Amerika Serikat, Filipina, dan Belanda dengan nilai masing-masing USD 50 juta, USD 37 juta, dan USD 28,1 juta.

Secara total, nilai ekspor produk olahan rotan di dunia pada tahun 2021 mencapai USD 500.744.637, di mana dengan nilai ekspor USD 208,13 juta, Indonesia menjadi eksportir terbesar dengan porsi 41,6 persen dari total ekspor dunia. Pasar ekspor produk olahan rotan Indonesia adalah Amerika Serikat.