Kemenperin Ungkap Industri Mamin RI Masih Bergantung Bahan Baku Impor

15 Februari 2023 19:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika. Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika. Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indonesia masih bergantung terhadap impor bahan baku industri makanan dan minuman atau mamin. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyebut kebergantungan impor bahan baku mamin masih 60 sampai 65 persen.
ADVERTISEMENT
Putu menyebut kebutuhan impor bahan baku tidak hanya berlaku untuk industri mamin besar, tetapi juga UMKM.
"Untuk yang besar sampai UMKM itu kita impor sampai 60 hingga 65 persen. Yang kita impor itu utamanya bahan baku itu susu, gula kita butuh banyak, dan bahan baku tepung," kata Putu dalam webinar yang diselenggarakan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Rabu (15/2).
Putu mencontohkan untuk produk susu mayoritas berasal dari impor, dengan besaran 78 persen impor dan 22 persen lokal. Setelah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menerpa Indonesia, angka produksi susu lokal semakin tergerus.
“Dengan adanya PMK, itu puluhan ribu ternak sapi yang menghasilkan susu itu terdampak. Untuk produksi (susu) lokal turun hingga hanya mampu memenuhi rata-rata 18 persen kebutuhan nasional,” ungkap Putu.
ADVERTISEMENT
Putu memaparkan untuk belanja susu suatu perusahaan dapat mencapai kisaran Rp 1,6 triliun. Ia melihat kesempatan untuk mengembangkan kapasitas produksi domestik sangat besar.
Selain susu, Putu juga menjelaskan kebutuhan konsumsi gula mencapai 7 juta ton. Sementara gula yang mampu diproduksi di dalam negeri hanya sekitar 2,25 juta ton. Putu menjelaskan investasi sebuah perusahaan untuk produksi gula dalam negeri mencapai Rp 9 triliun.
“Jadi kita kurang sekitar 5 ton gula. Memang ini sudah kita dorong-dorong ke perkebunan walau yang jadi hambatan utama adalah mendapatkan lahannya. Seperti pabrik gula di Dompu, sudah mulai berproduksi, tapi dapatnya lahan marjinal. Coba kalau dapat lahan bagus, luar biasa," ujar Putu.