Kementan Beberkan Penyebab Harga Cabai Mahal Saat Libur Natal

27 Desember 2020 12:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual menata cabai yang harganya berangsur naik di Pasar Senen, Jakarta, Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Penjual menata cabai yang harganya berangsur naik di Pasar Senen, Jakarta, Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan memasuki momentum Natal dan pergantian tahun 2021. Salah satunya yakni telur ayam yang sudah mengalami kenaikan hingga menyentuh Rp 30.000 per kilogram sejak seminggu menjelang natal.
ADVERTISEMENT
Memasuki H+2 Natal, beberapa komoditas lainnya juga terpantau turut mengalami kenaikan. Mulai dari komoditas cabai yang berada di kisaran harga Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kg, hingga daging sapi yang menyentuh harga Rp 130.000 per kg.
Peta kenaikan harga pangan akhir tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang notabene dipengaruhi oleh cuaca alias memasuki musim penghujan yang menyebabkan produksi di petani menipis.
Kementerian Pertanian (Kementan) pun mengakui adanya kenaikan harga pangan seperti cabai. Kepala Bidang Harga Pangan Ketahanan Pangan Kementan, Inti Pertiwi mengatakan, ada dua penyebab utama terjadinya kenaikan harga beberapa komoditas pangan.
Faktor pertama yakni karena menurunnya produksi petani yang terutama disebabkan oleh pandemi COVID-19. Di sisi lain, permintaan mengalami peningkatan secara mendadak memasuki momentum natal dan tahun baru.
ADVERTISEMENT
"Produksinya memang berkurang, harga semakin naik. Kenapa produksi turun, pertama kita memang sempat ada kebijakan untuk pengurangan produksi. Namun harus diingat kebijakan itu diambil untuk menyelamatkan peternak dan petani saat itu karena harga jatuh," ujar Inti kepada kumparan, Minggu (27/12).
Inti menjelaskan, pemerintah tidak mungkin mengantisipasi kenaikan harga ini dengan melakukan intervensi harga di petani. Terlebih lagi mereka sudah mengalami kerugian yang tidak sedikit selama pandemi.
"Sekarang ini produksi atau pasokan cabai ke pasar kurang, permintaannya naik begitu juga dengan telur. Sekarang kita mau intervensi petani enggak mungkin, karena kemarin sempat jatuh pas pandemi. Cabai itu sampai Rp 10 ribu lho, pasar-pasar tutup waktu itu," jelasnya.
Selain itu, Inti juga menepis adanya kemungkinan mafia atau oknum yang dengan sengaja melakukan penimbun stok. Hal ini didasari alasan komoditas yang mengalami kenaikan notabene adalah komoditas yang mudah busuk dan tidak tahan lama.
ADVERTISEMENT
Artinya, kata Inti, kecil kemungkinan para mafia pangan mau mengambil risiko menimbun komoditas yang berisiko membuat mereka merugi.
"Apakah ada bandar atau orang yang bermain, nimbun? Enggak mungkin kalau di komoditas yang mudah rusak," ujarnya.
"Mungkin kalau gula, minyak bisalah ya, beras masih bisa nimbun. Nah kalau telur sama cabai enggak bisa, rugi ngapain nimbun-nimbun, ini mekanisme pasar yang main sekarang itu murni suplai dan demand," sambung Inti.