Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Kementan Catat Telur Ayam Surplus, Yakin Bisa Diekspor ke AS
29 Maret 2025 11:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah bakal mengekspor telur ayam ke Amerika Serikat (AS). Kebijakan itu didorong kondisi surplus telur ayam nasional.
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi telur nasional saat ini surplus sekitar 288,7 ribu ton atau setara 5 miliar butir per bulan. Dengan kelebihan produksi ini, Indonesia berpotensi memasok telur ayam konsumsi di negara yang sedang mengalami gangguan produksi akibat wabah HPAI atau flu burung, termasuk AS.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menegaskan pihaknya akan terus mendorong ekspor komoditas peternakan, termasuk telur ayam konsumsi, untuk memenuhi kebutuhan negara-negara yang mengalami krisis produksi.
“Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan standar kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi,” ujar Agung melalui keterangan tertulis, dikutip pada Sabtu (29/3).
Sebagai tahap awal, ekspor ke AS sebanyak 1,6 juta butir per bulan diyakini dapat terealisasi. Saat ini, proses penjajakan dan pemenuhan protokol ekspor tengah dilakukan. Indonesia juga telah lebih dulu mengekspor telur konsumsi ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA).
ADVERTISEMENT
Agung menekankan telur yang diekspor harus memenuhi ketentuan ketat dari otoritas keamanan pangan AS.
“Telur yang akan diekspor harus berkualitas tinggi, bebas Salmonella, serta tidak mengandung residu antibiotik agar sesuai dengan standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat,” tegas Agung.
Agung juga memastikan ekspor ini tidak akan mengganggu kebutuhan dalam negeri. “Pemerintah tetap memprioritaskan kebutuhan domestik. Ekspor dilakukan tanpa mengganggu pasokan dan stabilitas harga di pasar dalam negeri,” ujar Agung.
Agung menuturkan pihaknya telah menghitung potensi produksi telur nasional tahun 2025 mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhannya 6,2 juta ton atau potensi surplus 288,7 ribu ton. Menurut Agung, potensi ini masih bisa ditingkatkan.
Sebagai bentuk dukungan, Kementan akan terus memfasilitasi pelaku usaha dalam memenuhi standar ekspor, mulai dari kualitas, keamanan, hingga ketelusuran produk.
ADVERTISEMENT
“Kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak agar ekspor telur ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi peternak, pelaku usaha, serta perekonomian nasional,” tutur Agung.
Kendala Kalau RI Mau Ekspor Telur Ayam ke AS
Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, menyoroti rencana pemerintah mau ekspor komoditas telur ayam ke Amerika Serikat (AS). Menurutnya, masalah pengiriman dan transportasi menjadi kendala rencana tersebut.
Andreas mengungkapkan telur ayam yang berasal dari peternakan rakyat hanya memiliki ketahanan simpan tidak sampai satu bulan.
"Itu hanya 1 sampai 3 minggu masa penyimpanan sampai dari diproduksi sampai ke konsumen itu hanya 2 sampai 3 minggu tanpa perlakuan apa pun," ucap Andreas ketika dihubungi kumparan, Kamis (27/3).
ADVERTISEMENT
Andreas menyinggung proses transportasi dari di peti kemas Indonesia sampai ke AS. Katanya, proses dari produsen ke pelabuhan memakan waktu seminggu, lalu perjalanan antarbenua itu sudah menghabiskan waktu 2 minggu, belum lagi lamanya waktu ketika telur masuk ke gudang penyimpanan importir.
"Jadi kalau dari sisi itu saja kan enggak mungkin, gimana caranya? Sudah 1 bulan lebih, nah terus gimana caranya," ujar Andreas.