Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kementan Klaim Stok Telur Ayam Surplus, kok Harga Sempat Naik Tinggi?
24 Juli 2018 8:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kondisi saat ini, harga telur ayam memang sudah berangsur turun. Harga telur ayam di Pasar Senen, Jakarta Pusat, turun ke Rp 24.000 per kg .
Kementerian Pertanian berdalih, kenaikan harga telur ayam terjadi karena permintaan yang cukup besar saat Lebaran. Belum lagi ada beberapa peternak ayam layer (petelur) yang melakukan afkir dini alias pemotongan saat usia produktif. Hal ini sedikit banyak mengganggu pasokan telur yang menyebabkan harga naik.
"Mudah-mudahan (harga telur kembali stabil), dengan catatan tidak ada hari besar keagamaan,” ucap Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita kepada kumparan, Selasa (24/7).
I Ketut mengatakan, harusnya harga telur bisa stabil sepanjang tahun ini. Pasalnya stok telur ayam di 2018 surplus.
ADVERTISEMENT
Dia menghitung angka prognosa (perkiraan) produksi telur tahun 2018 sebanyak 1.963.936 ton dengan produksi rata-rata sebanyak 163.661 ton per bulan. Untuk angka prognosa kebutuhan telur tahun 2018 sebanyak 1.766.410 ton dengan rata-rata kebutuhan per bulan sebanyak 147.201 ton. Artinya ada surplus telur sebanyak 197.526 ton.
Sementara itu, dia merinci bahwa populasi ayam final stock (fs) petelur pada tahun 2018 rata-rata setiap bulan sebanyak 236.570.453 ekor. Data ini merujuk laporan produksi Day Old Chicken (DOC) FS dari seluruh perusahaan FS Layer. Angka yang cukup besar untuk kebutuhan produksi telur ayam sepanjang tahun ini.
"Sehingga ada surplus telur tahun 2018 sebanyak 197.526 ton atau ada surplus rata-rata per bulan sebanyak 16.461 ton,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Sekjen Pinsar Petelur Nasional Athung menambahkan tingginya harga telur ayam karena harga pakan ternak untuk layer naik dari sekitar Rp 5.500-Rp 5.800 per kg menjadi Rp 7.300 per kg. Kenaikan harga pakan ternak disebabkan karena nilai tukar rupiah sedang melemah. Sebanyak 55 persen bahan pakan ternak berasal dari impor, sehingga ketika rupiah melemah maka akan langsung berdampak pada harga pakan ternak. Athung menjelaskan pakan ternak menyumbang 80 persen biaya produksi telur ayam yang saat ini mencapai Rp 19.000 per kg.
"(Rp 26.000 per kg) Itu sudah ideal. Kalau di bawah itu peternak telur banyak yang bangkrut. Peternak telur itu baru bisa menikmati keuntungan itu mulai akhir tahun lalu sampai sekarang, saat harga telur yang sekarang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Live Update