Kementan Sebut Impor Susu untuk Makan Bergizi Gratis Bakal Dilakukan Swasta

10 September 2024 11:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berdikari impor sapi untuk penuhi kebutuhan daging, Kamis (4/4/2024) Foto: Dok Berdikari
zoom-in-whitePerbesar
Berdikari impor sapi untuk penuhi kebutuhan daging, Kamis (4/4/2024) Foto: Dok Berdikari
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya menyediakan pasokan susu untuk kebutuhan dalam negeri, salah satunya lewat impor dari Brasil. Kebutuhan susu diperkirakan bakal meningkat dengan adanya program Makan Bergizi Gratis dari Presiden terpilih Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kementan, kebutuhan susu di Indonesia saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun dan kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7 persen, sisanya masih dipenuhi dari impor.
Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan menyebut skema impor yang digunakan dalam proses ini adalah melalui pihak swasta. Posisi pemerintah di sini sebagai pihak yang menjajaki kesepakatan dan pengawas regulasi mengenai protokol kesehatan.
“Skema impor nantinya dilakukan murni oleh swasta, sementara untuk penjajakan secara G to G baru terkait dengan protokol kesehatan. Untuk pembicaraan kerja sama alih teknologi belum disinggung,” tulis keterangan Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan kepada kumparan, Selasa (10/9).
Sementara itu, Direktorat Kesehatan Hewan Kementan menjelaskan saat ini Brasil sudah ditetapkan sebagai salah satu pemasok sapi. Meski begitu, langkah selanjutnya masih menunggu revisi peraturan perundangan untuk proses harmonisasi antar kementerian/lembaga.
ADVERTISEMENT
“Untuk Brasil, saat ini telah ada penetapan negara Brasil sebagai salah satu sumber sapi hidup bagi Indonesia dan juga unit-unit usaha yang disetujui sebagai unit tempat ekspor akan bersumber. Untuk proses importasi, dengan telah adanya penetapan, maka sesuai peraturan perundangan, BUMN dapat melakukan impor dari Brasil," tulis Direktorat Kesehatan Hewan Kementan.
"Adapun untuk pelaku usaha lainnya, masih menunggu adanya revisi peraturan perundangan yang akan masuk proses harmonisasi antar kementerian/lembaga,” tulisnya.
Untuk alasan pemilihan sapi dari Brasil, Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan juga menjelaskan jenis sapi ini memiliki kapasitas produksi yang cukup tinggi. Selain itu, karakteristiknya juga cocok untuk pengembangan industri peternakan di luar Pulau Jawa.
“Jenis sapi dari Brasil, Girilando misalnya memiliki karakteristik daya adaptasi yang baik terhadap iklim tropis dengan sistem pemeliharaan digembalakan dan produktivitas yang cukup tinggi dengan rata-rata produksi susu 18 liter/ekor/hari. Karakteristik ini memberikan harapan baru bagi pemerintah untuk pengembangan sapi perah di daerah dataran rendah khususnya di luar Pulau Jawa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pengamat peternakan dari Universitas Padjajaran, Rochadi Tawaf, tidak ada masalah terkait rencana impor sapi dari Brasil. Namun, beberapa hal harus diperhatikan seperti teknologi inseminasi, pembinaan, wilayah ternak sampai industri untuk susu yang digunakan pada program Makan Bergizi Gratis.
“Kalau misalnya kita asal sapi dari Australia, maupun dari New Zealand, ataupun dari Brasil, itu nggak ada masalah sebetulnya. Tapi yang di sini ada teknologi yang di kita, sistem inseminasinya gimana, pembinaannya gimana, wilayahnya di mana, harus industrialisasinya gimana, pabrik susunya siap atau enggak,” kata Rochadi pada kumparan.
Meski begitu, Rochadi menegaskan ke depan jangan sampai Indonesia bergantung pada impor sapi untuk memproduksi susu.
“Jangan sampai akhirnya kita tergantung kepada impor susu. Yang untung ya petani, peternak di luar negeri, tidak di dalam negeri,” tutur Rochadi.
ADVERTISEMENT