Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Kementan Sulap 750 Hektare Lahan Rawa di Barito Kuala Jadi Sawah
12 Oktober 2018 19:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Rangkaian pelaksanaan Hari Pangan Sedunia (HPS ) 2018 akan berlangsung dari 18-21 Oktober yang dipusatkan di Kota Banjarbaru dan Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan . Tahun ini HPS mengusung tema 'Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045'.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuknya ialah pengolahan lahan rawa lebak menjadi lahan produktif siap panen, seperti di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala, Zulkifli Yadi Noor, mengatakan saat ini sekitar 240 hektare lahan sawah yang dulunya merupakan lahan rawa lebak, telah siap untuk dipanen, bersamaan dengan puncak peringatan HPS 2018.
"Sekarang siap panen 240 hektare. Di Jejangkit Muara total ada 750 hektare yang disiapkan untuk panen," ujar Yadi saat meninjau lahan siap panen di Desa Jejangkit Muara, Jejangkit, Kalimantan Selatan, Jumat (12/10).
Yadi menambahkan, terdapat lahan pertanian seluas 120.000 hektare lahan rawa di Kabupaten Barito Kuala, namun baru sekitar 4.000 hektare yang sudah diolah dan bisa ditanami padi selama dua kali dalam setahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Perluasan dan Pengembangan Lahan Kementerian Pertanian, Indah Megawati, yang juga ikut melakukan peninjauan menuturkan, selain padi di bekas lahan rawa di Jejangkit juga ditanami tanaman lain seperti sawi, terong, maupun tomat.
"Ada terong ada tomat, tapi itu bukan yang utama karena kita punya target 2045 lumbung pangan dunia, jadi memang (utamakan) padi," tutur Indah.
Indah menjelaskan, program optimalisasi lahan rawa bukan sekedar menyambut peringatan HPS. Menurutnya, nantinya akan diadakan pendampingan bagi kelompok tani agar optimalisasi lahan ini bisa terus berlanjut.
"Setelah HPS ada pendampingan dan juga akan dikelola oleh kelompok tani, akan kita fasilitasi juga. Kita tidak menginginkan setelah HPS selesai ini (berhenti), jadi setelah HPS ada kelanjutan," jelasnya.
Ikin, salah satu petani yang menggarap lahan di Desa Jejangkit Muara, mengaku program optimalisasi lahan ini membawa dampak positif bagi petani. Menurutnya, dengan adanya optimalisasi lahan, panen raya padi bisa dilakukan dua kali dalam setahun karena jumlah lahan yang terbatas.
ADVERTISEMENT
"Dulu di sini cuma rumput-rumput tinggi aja. Nah, dengan adanya HPS ini masyarakat bisa partisipasi dan enggak nganggur. Bersyukur bisa dua kali panen, harapannya bisa tiga kali (setahun)," ucap Ikin.
Rangkaian pelaksanaan HPS 2018 antara lain akan diisi dengan kegiatan pameran gelar teknologi, kampung peternakan, kampung perkebunan, kampung tanaman pangan, kampung hortikultura, seminar nasional, dan panen raya. Rencananya, Presiden Joko Widodo akan membuka pelaksanaan HPS 2018.