Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kementan Ungkap Harga Beras di Jepang Tembus Rp 86.156 per Kg, di RI Masih Aman
1 Maret 2025 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan ), Moch. Arief Cahyono, berbicara kenaikan harga beras di Jepang yang mencapai 90 persen dalam lima bulan terakhir menjadi perhatian dunia. Ia mengatakan saat ini harga beras di Negeri Sakura tercatat sekitar 3.892 yen atau setara Rp 86.156 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Lonjakan ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar yen dan dampak cuaca ekstrem yang telah melanda dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini menambah kekhawatiran akan potensi krisis beras global, mengingat berbagai negara juga menghadapi tantangan dalam produksi pangan.
Di tengah kondisi tersebut, Arief menegaskan Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas pasokan dan harga beras agar tetap terjangkau bagi masyarakat. Saat ini, Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tercatat mencapai 2 juta ton dan diperkirakan akan terus bertambah seiring panen raya yang berlangsung di berbagai daerah.
“Pemerintah terus memastikan ketersediaan beras nasional tetap aman, terutama di tengah berbagai tantangan global seperti perubahan iklim. Kami terus mendorong peningkatan produksi dalam negeri guna menjaga ketahanan pangan nasional,” ujar Arief melalui keterangan tertulis, dikutip pada Sabtu (1/3).
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan, Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan swasembada pangan sebagai salah satu prioritas nasional. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman juga telah mewaspadai potensi krisis pangan global sejak lama. Untuk itu, berbagai strategi terus dijalankan demi meningkatkan kapasitas produksi beras nasional, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian.
“Sejumlah langkah konkret telah dilakukan, termasuk penyediaan pompa air saat El Nino melanda tahun lalu, penyederhanaan distribusi pupuk bersubsidi, serta bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan benih unggul untuk petani,” ungkap Arief.
Arief menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan meningkat signifikan. Potensi produksi diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton.
ADVERTISEMENT
Di sisi harga, pemerintah juga terus menjaga keseimbangan antara petani dan konsumen. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah ditetapkan Rp 6.500 per kilogram. Sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Rp 12.500 per kilogram.
“Melalui kebijakan ini, diharapkan petani tetap memperoleh keuntungan yang layak, sementara masyarakat bisa mendapatkan beras dengan harga yang stabil dan terjangkau,” jelas Arief.
Arief menuturkan lonjakan harga beras menyebabkan pemerintah Jepang tengah mengevaluasi strategi ketahanan pangannya, termasuk mendorong pertanian berbasis komunitas agar masyarakat tetap berkontribusi dalam produksi pangan tanpa harus meninggalkan pekerjaan utamanya.
“Di Indonesia, transformasi menuju pertanian modern terus diperkuat guna mengurangi ketergantungan pada impor dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang. Tentu keberhasilan ini akan lebih optimal jika mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat,” tutur Arief.
ADVERTISEMENT