Kementerian BUMN Pastikan PalmCo Tak IPO di 2024

31 Desember 2023 8:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo. Foto: INKA
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo. Foto: INKA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian BUMN memastikan subholding PTPN, PalmCo, tidak akan menggelar aksi initial public offering (IPO) pada 2024. Hal ini dikatakan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
ADVERTISEMENT
"Belum lah, belum, belum (PalmCo IPO 2024), karena menurut saya kalau baru dikonsolidasi saja langsung di-IPO nanti evaluasinya juga enggak maksimal," kata Tiko, sapaan akrab Kartika saat di dalam Kereta Eksekutif dan Luxury New Generation KA Argo Dwipangga Next Generations di Stasiun Gambir, Jakarta, Sabtu (30/12).
Alasannya adalah masih banyak lahan perkebunan sawit di bawah PalmCo yang harus ditanam kembali atau replanting. Tiko bilang, masih terdapat perkebunan sawit milik PTPN yang tidak terawat karena sempat ada masalah keuangan.
Pekerja memetik daun teh di Kebun Gunung Gambir PTPN XII, Sumberbaru, Jember, Jawa Timur, Selasa (5/10/2021). Foto: Seno/Antara Foto
Rencananya replanting ini dilakukan terhadap 180 ribu hektare kebun sawit. Ditargetkan pada akhirnya nanti PalmCo dalam 2-3 tahun bisa mengelola 700 ribu hektare kebun sawit dan menjadi salah satu perusahaan perkebunan terbesar dunia. Namun untuk sampai sana, PalmCo butuh kemitraan sebelum melakukan IPO.
ADVERTISEMENT
"Saya sih cenderung enggak IPO dulu lah, mungkin cari-cari partner dulu, karena gini, kan untuk investasi di replanting tadi," kata Tiko.
Tiko melihat produktivitas sawit PalmCo saat ini masih di bawah 20 ton per hektar, ada yang 15 bahkan 10 ton per hektare. Menurut Tiko, produktivitas sawit di perkebunan PalmCo ini juga menjadi indikator kesiapan PalmCo melantai di bursa saham.
"Nah itu harus kita samain dulu, kalau mau IPO, semuanya harus produktif dulu, supaya nanti pas evaluasi, tinggi, yang masih belang-belang kebunnya. Kalu di-IPO pas evaluasinya enggak optimal, jadi mendingan di fase awal seragamkan dulu semua produktivitasnya standar, merata, baru nanti kita IPO," ujarnya.
Tiko menambahkan, partner yang dicari PalmCo untuk melakukan kemitraan sebelum melakukan IPO adalah perusahaan yang punya kekuatan di downstream dan memiliki jaringan marketing skala global.
ADVERTISEMENT
"Jadi satu, mereka memang punya kekuatan di downstream, dan dia punya di oil chemical-nya, punya jaringan global untuk marketingnya," pungkas Tiko.