Kementerian ESDM: Banyak Investor Nuklir Tertarik Studi di Indonesia

17 Desember 2024 17:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Eniya Listiani dalam Dialog Stakeholder EBTKE di Hotel Mulia, Jakarta Selatan pada Selasa (17/12/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Eniya Listiani dalam Dialog Stakeholder EBTKE di Hotel Mulia, Jakarta Selatan pada Selasa (17/12/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani mengungkap sudah banyak investor nuklir yang sudah berminat untuk memulai Pra Feasibility Study (FS) di Indonesia. Eniya menuturkan investor tersebut berasal dari banyak negara.
ADVERTISEMENT
“Yang mungkin saat ini lagi hot itu adalah nuklir, ini berbagai negara datang ke saya, ke kami, ya. Ada banyak, sekarang sudah menawarkan pra-FS, sekarang sudah menawarkan pra-FS dari beberapa negara,” tutur Eniya dalam Dialog Stakeholder EBTKE di Hotel Mulia, Jakarta Selatan pada Selasa (17/12).
Eniya juga membeberkan banyaknya negara yang minat untuk melakukan studi proyek nuklir di Indonesia dikarenakan pernyataan Presiden Prabowo dalam lawatan internasional yang kerap kali menyinggung soal energi nuklir.
“Dan beliau (Prabowo) sejak lawatan pertama di internasional itu menjelaskan tentang bagaimana upaya beliau, begitu landing di Cina, beliau mengatakan renewable energy. Lalu yang berikutnya di APEC, di APEC Peru, beliau menyebutkan waktu itu nuklir. Lalu berikutnya ke G20 yang Brasil, menyebutkan nuklirnya bikin sendiri,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Untuk merespons minat banyaknya investor, Eniya menyatakan sangat berhati-hati. Sebelumnya pada bulan September lalu, Ia juga sudah menyampaikan kepada Badan Tenaga Atom Indonesia (IAEA) soal penggunaan nuklir di Indonesia adalah untuk sektor energi.
“Ini saya moving-nya hati-hati, nih hati-hati. Karena basically pada saat kita ngomong ke IAEA bulan September, itu kita sampaikan ke IAEA di Wina (Austria) bahwa Indonesia will use the nuklir on the grid in the energy sector to create the electricity. Nah itu baru pertama kita sounding, karena selama ini nuklir digunakan di kesehatan sama pangan,” ungkap Eniya.
Eniya menjelaskan untuk penggunaan nuklir sangat kompleks. Hal ini karena dapat melibatkan kerja sama antar pemerintah, kerja sama antar swasta, maupun kerja sama pemerintah dengan swasta. Untuk kerja sama, Indonesia membuka peluang terhadap semua negara.
ADVERTISEMENT
Peneliti BRIN melakukan pengecekan kolam reaktor nuklir di fasilitas Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy di kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/7/2024). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
“Ini learning dari beberapa negara, itu masalah nuklir ini ada yang G to G, ada yang B to B gitu ya, ada financial structure yang kolaborasi dari beberapa government juga ada,” jelas Eniya.
“Jadi sangat kompleks sekali, satu financial structure, yang kedua tentang multi-location, jadi karena mengingat ada, yang kedua multi-country maksudnya multilateral collaboration, yang ketiga baru multi-location. Jadi kita tidak, karena kita negara non-block ya, kita membuka semua kerja sama ke berbagai negara,” lanjutnya.