Kementerian ESDM Mulai Kaji Implementasi B50, Rampung Oktober 2024

8 Agustus 2024 15:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengujian bahan bakar B30 sudah 80 persen. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengujian bahan bakar B30 sudah 80 persen. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai mengkaji peningkatan campuran BBM Solar dengan minyak kelapa sawit alias biodiesel menjadi 50 persen (B50). Kajian ditargetkan rampung Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menjelaskan implementasi biodiesel akan naik dari B35 menjadi B40 mulai 1 Januari 2025. Paralel dengan itu, pemerintah juga mengkaji peningkatan campuran menjadi B50.
"Dalam 2 bulan ke depan, studi mengenai B50 juga sudah mulai dilakukan. Jadi kita harapkan nanti sebelum Oktober kita sudah punya hasil preliminary studinya untuk kapan bisa juga menerapkan B50 dengan komposisi juga seperti apa," jelasnya saat acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), Kamis (8/8).
Dikonfirmasi setelah acara, Eniya menjelaskan pemerintah berupaya meningkatkan bauran biodiesel menjadi B50 untuk menurunkan kadar emisi karbon di sektor transportasi.
Meski demikian, dia mengakui kendala pengembangan biodiesel di Indonesia adalah kurangnya bahan baku sebanyak 4,2 juta kiloliter. Dengan begitu, pemerintah mengkaji penambahan campuran Hydrotreated Nabati Oil (HVO).
ADVERTISEMENT
Adapun sejauh ini, implementasi B35 sepenuhnya menggunakan bahan baku Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Eniya berharap kajiannya bisa selesai pada Oktober 2024.
"Sekarang sedang diuji statis untuk komposisi B50. Dalam waktu 2 bulan kita akan bisa berkata bahwa komposisi B50, apakah B40 ditambah 10 dari biohidrokarbon ataupun HVO, atau komposisinya mau 35 tambah 15, ataupun full CPO 50 persen," jelas Eniya.
Ilustrasi Biodiesel Foto: Reuters/Mike Blake
Komposisi tersebut, menurut Eniya, akan berdampak pada harga B50 sebab HVO, yang selain sawit juga bisa dari bahan baku nabati lain seperti kedelai, cenderung lebih mahal dari campuran FAME.
"B35 ini semuanya full FAME. HVO itu belum ada. Jadi HVO ini itu harganya rada mahal, tetapi dia perannya bagus di engine, sehingga sebetulnya inginnya komposisinya naik," ungkap Eniya.
ADVERTISEMENT
Dia memastikan, kajian atau uji statis B50 juga akan melibatkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memastikan ketersediaan bahan baku nabatinya, sementara Kementerian ESDM mengkaji terkait spesifikasi teknisnya.
Selain terkait penambahan campuran biodiesel, Eniya juga mengatakan perlu ada peningkatan kualitas BBM Solar itu sendiri, sebab saat ini Solar yang diproduksi PT Pertamina (Persero) masih tinggi sulfur.
"Kekurangan yang 4 jutaan kiloliter itu di Kementerian Pertanian tugasnya. Apakah di situ nanti akan ekspansi industrinya, ekspansi dari lahannya juga. Itu sedang dikaji karena itu sangat berdampak kepada harga," katanya.