Kementerian ESDM: Seluruh Pembangkit Listrik Gas RI Berbasis Hidrogen pada 2051

6 Mei 2025 12:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Edi Wibowo menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Syawal Febrian Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Edi Wibowo menjadi pembicara pada kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 di MGP Space, SCBD Park, Jakarta, Selasa (6/5/2025). Foto: Syawal Febrian Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan seluruh pembangkit listrik berbasis gas di Indonesia dicampur dengan hidrogen mulai tahun 2051.
ADVERTISEMENT
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan hidrogen sebagai salah satu energi terbarukan, berperan untuk membantu mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.
Hidrogen, kata Edi, bisa diimplementasikan di berbagai sektor seperti industri, transportasi, jaringan gas, hingga pembangkit listrik. Pemerintah menargetkan hidrogen bisa diseluruh pembangkit listrik berbasis gas mulai 2051.
"Target kita tahun 2051 untuk pembangkit listrik kita sudah 100 persen menggunakan hidrogen, jadi itu target-target yang dicatatkan oleh Keppres yang dalam rangka kita net zero emission tahun 2060 atau lebih cepat," ungkapnya dalam kumparan New Energy Vehicle Summit 2025, Selasa (6/5).
Edi mengatakan, selain untuk berbagai sektor dan industri, pengembangan hidrogen di Indonesia juga bisa diekspor untuk menambah devisa negara.
ADVERTISEMENT
"Di samping untuk industri, kemudian transportasi, pembangkit listrik, bisa untuk ekspor juga. Itu salah satu juga dapat memberikan devisa bagi negara," kata Edi.
Berdasarkan dokumen Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) yang diterbitkan Kementerian ESDM, pemanfaatan hidrogen di Indonesia dari tahun 2025 hingga 2060, mencakup empat sektor utama yakni transportasi, jaringan gas, pembangkit listrik, dan industri.
Roadmap ini dibagi menjadi tiga fase utama yaitu fase Inisiasi (2025–2034), fase Pengembangan dan Integrasi (2035–2045), serta fase Akselerasi dan Keberlanjutan (2046–2060).
Dalam sektor pembangkit listrik, fase inisiasi dimulai dengan uji coba co-firing amonia pada pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dengan persentase 3-30 persen, serta co-firing hidrogen di turbin gas dengan persentase 3-10 persen, yang berlangsung pada 2025-2034.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada 2027, dilakukan komersialisasi pembangkit listrik hybrid berbasis fuel cell, dengan persentase penggunaan hidrogen sebagai substitusi bahan bakar diesel sebesar 5–10 persen.
Kemudian pada fase Pengembangan dan Integrasi, pada sektor pembangkit listrik mulai dilakukan co-firing 60 persen amonia di PLTU pada 2035 hingga menuju operasionalisasi PLT amonia berkapasitas 2 GW pada 2045.
Pada fase ini akan dilakukan juga co-firing antara 30 persen dan 60 persen hidrogen di PLTG, sedangkan program pembangkit hybrid fuel cell komersial untuk dedieselisasi menggunakan 10-20 persen hidrogen.
Terakhir pada fase Akselerasi dan Keberlanjutan, PLT hidrogen mulai beroperasi pada pertengahan fase ini dan mencapai kapasitas 25,3 GW pada 2060. Sedangkan pada tahun yang sama, PLT amonia akan mencapai 8,4 GW.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, penggunaan hidrogen untuk dedieselisasi mencapai 40 persen pada akhir fase. Total permintaan untuk sektor pembangkit listrik sebesar 4,2 juta ton/tahun pada 2060.
Dalam fase tersebut, PLTU menggunakan 100 persen amonia, serta co-firing hidrogen di turbin gas dengan persentase 60-100 persen.