Kementerian ESDM Siapkan Strategi Terapkan BBM Rendah Sulfur

18 Februari 2025 19:25 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM menargetkan seluruh Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tersedia di Indonesia harus memiliki kandungan sulfur yang rendah.
ADVERTISEMENT
Plh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tri Winarno menjelaskan regulasi pengaturan BBM rendah sulfur berdasarkan Perpres No 117 Tahun 2021, kemudian peta jalannya diatur dalam Kepdirjen Migas tentang spesifikasi bensin dan solar.
"Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia, untuk pengurangan emisi sektor transportasi dengan penyediaan BBM bersih atau rendah sulfur akan diterapkan mulai 2025 sampai dengan 2028," ujar Tri saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR, Selasa (18/2).
Tri menuturkan peta jalan tersebut disiapkan berdasarkan kajian Institut Teknologi Bandung (ITB), bahwa gas buang kendaraan merupakan sumber utama polusi lintas musim, di mana pada musim hujan itu antara 32-41 persen, sedangkan gas buang kendaraan pada musim kemarau sekitar 42-57 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun pentahapan batasan kandungan sulfur pada BBM yakni berlaku untuk bahan bakar jenis solar CN 48, solar CN 51, dan bensin mulai dari RON 90, RON 91, RON 95, dan RON 98.
"Batas kandungan sulfur setara dengan Euro 4 sejumlah 50 ppm untuk bensin maupun diesel, dan batas maksimum kandungan sulfur setara Euro 5 untuk diesel 10 ppm," jelas Tri.
Kondisi saat ini, kata Tri, produksi dan spesifikasi kilang yang sudah memenuhi Euro 4 yakni untuk BBM Pertalite (RON) hanya Refinery Unit 2, Refinery Unit 7, dan TPPI, sedangkan minyak solar CN 48 belum ada yang memenuhi Euro 4.
Sementara produksi Pertamax hanya ada di 2 Refinery Unit, yaitu Refinery Unit 4 dan Refinery Unit 5 dengan total produksi 93,02 juta liter per bulan, dengan masing-masing produksi 79,5 dan 13,52 juta liter per bulan, dengan tipikal kandungan sulfur sebesar 100 ppm.
ADVERTISEMENT
Tri menuturkan, strategi dan kesiapan pelaksanaan BBM bersih dan ramah lingkungan dibagi menjadi dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang.
Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (10/12/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Pertama, untuk jangka pendek mencakup peningkatan kualitas produk Kilang Dumai dan Kilang Cilacap, serta selesainya proyek Revamping Development Master Plan (RDMP) di Kilang Balikpapan sehingga memungkinkan menghasilkan BBM rendah sulfur atau sekitar 50 ppm
Kemudian, dilakukan juga proyek peningkatan kapasitas kilang yang sudah ada atau RDMP seperti di Kilang Dumai, Kilang Plaju, dan Kilang Cilacap.
Sementara strategi jangka panjang mencakup pembangunan RDMP Dumai, RDMP Plaju, RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, GRR Tuban, Petrochemical Complex Jabar, Green Refinery Cilacap, dan Plaju.
"Untuk produksi bensin, diperlukan penambahan unit treating baru untuk mengangkatkan ulang sulfur tersebut, dan PT KPI merencanakan membangun Gasoline Selective Hydrotreater yang direncanakan on-stream tentatif pada kuartal 4 2027," jelas Tri.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk minyak solar, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) merencanakan membangun Diesel Hydrotreater (DAT) yang direncanakan on-stream tentatif pada kuartal IV 2027 di Kilang Dumai, Kilang Cilacap tahap 1 tahap 2.