Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Kementerian PUPR Gelontorkan Rp 62 M, Bangun Homestay untuk Pariwisata Lombok
5 November 2021 5:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Nusa Tenggara I (BPPNT I) melakukan renovasi kepada 300 rumah warga di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Renovasi ini untuk membangun Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) dengan memperbaiki rumah warga, sekaligus menambahkan homestay di rumah warga.
ADVERTISEMENT
Balai Perumahan, Kasi Wilayah 2, Pak Dudi Mustofa mengatakan, sudah ada 915 rumah yang direnovasi dengan anggaran Rp 62 miliar.Rumah yang direnovasi dan ditambah homestay ada sebanyak 398 rumah.
Proyek ini sudah dikerjakan sejak 2020. Dia berharap rumah yang dikembangkan menjadi homestay bisa terus ditambah.
"Per 31 Desember 2020 telah terlaksana sejumlah 915 unit rumah program peningkatan kualitas. Kebetulan untuk yang homestay ada 398 rumah. Berada di Kawasan Mandalika ada 300 rumah dan di kawasan Gili Air ada 98 rumah," tutur Dudi saat kunjungan ke Kampung Homestay di Dusun Bangan, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (4/11).
Dia menyebut, konsep renovasi rumah dengan homestay ini bersifat pemberdayaan. Jadi masyarakat dilibatkan dalam proses pelaksanaan dari mulai perencanaan teknis sampai kegiatan.
"Untuk proporsi anggaran kegiatan ini total Rp 62 miliar, kegiatannya proporsinya 30 persen untuk upah tukang atau sekitar Rp 18 miliar untuk upah tukang dan sisanya Rp 44 miliar untuk bahan bangunan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dari kegiatan ini, ada sekitar 5 ribu tukang yang dipekerjakan. Anggaran yang digelontorkan untuk upah tukang mencapai Rp 18 miliar. "Yang kita bantu di sini kebanyakan petani dan nelayan, ada beberapa warga yang bekerja di bidang wisata," kata dia.
Tipe-tipe dari rumah yang dikembangkan, kata dia, berkonsep rumah lumbung dan mengedepankan konsep suku Sasak. Standar homestay internasional dengan luasan 12 meter persegi, ditambah kamar mandi standar internasional.
"Kebutuhan untuk meningkatkan kualitas Romawi maksimal Rp 115 juta. Jadi sangat bervariasi ada yang kebutuhannya hanya Rp 90 juta, ada yang dimaksimalkan Rp 115 juta. Kemudian pemilik rumah juga harus berkontribusi. Mereka diwajibkan swadaya dari landscape-nya maupun pondasinya dan memasangnya," jelasnya.