Kenal Lebih Dekat dengan Hanna Suhardi, Pengusaha yang Berdayakan Penjahit Kecil

24 Maret 2021 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanna Suhardi, pemilik toko online Shopping Shoes Store. Foto: Instagram  @hanna_suhardi
zoom-in-whitePerbesar
Hanna Suhardi, pemilik toko online Shopping Shoes Store. Foto: Instagram @hanna_suhardi
Beberapa tahun belakangan, tren belanja online makin diminati masyarakat. Apalagi sejak pandemi seperti ini, membeli keperluan secara daring lewat toko online menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perlu kontak langsung dengan orang lain.
Tak hanya pembeli yang dimudahkan, penjual —dalam hal ini pemilik toko online— bisa dibilang juga merasakan keuntungan yang sama. Hasil riset JAKPAT mencatatkan peningkatan transaksi belanja online di semester kedua 2020.
Dari jajak pendapat tersebut, sebanyak 69,1 persen responden mulai beralih ke belanja online. Dari riset tersebut juga tercatat ada tiga kategori produk yang mengalami peningkatan pembelian yang signifikan, yaitu; elektronik dan gadget, fashion, serta produk kecantikan.
Hanna Suhardi menjadi salah satu pengusaha toko online yang juga telah merasakan buah manis dari usahanya tersebut. Mengelola toko online khusus sepatu wanita dan tas pria yang diproduksi sendiri, Hanna telah berhasil menjual hingga ribuan produk setiap bulannya.
Namun di balik kesuksesan Hanna mengelola toko online Shopping Shoes Store yang telah berjalan kurang lebih lima tahun ini, terselip kisah inspiratif di dalamnya. Perempuan yang memiliki background Ilmu Gizi ini juga punya visi untuk memberdayakan pegawainya agar lebih sejahtera. Ya, sekarang Hanna berhasil memberdayakan sekitar 100 penjahit dari dua desa yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Berkat kontribusinya, Hanna Suhardi pun berhasil meraih penghargaan di kategori “Inspiring Seller Award” dari Lazada Forward Women Awards 2021. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi Lazada atas prestasi seller perempuan di Asia Tenggara yang telah melewati berbagai tantangan di kehidupan pribadi, komunitas, dan budaya mereka.
Bagaimana kisahnya? Yuk, simak wawancara kumparan bersama sosok inspiratif ini:

Hai Hanna, boleh diceritakan perjalanannya merintis karier sebagai seorang pengusaha toko online, dan kenapa akhirnya memutuskan untuk terjun di industri ini?

Awal mula merintis bisnis online tuh sebenarnya dari 2013, cuma benar-benar aktif tuh sekitar 2017. Awalnya karena memang saya kurang sreg bekerja dengan orang, akhirnya saya mencoba untuk membuka jalan sendiri lewat bisnis online.
Dulu kesempatan juga lebih luas karena memang belum banyak orang yang melek teknologi dan terjun ke jualan online, jadi kompetitor pun belum semarak sekarang. Makanya kita memutuskan ke dunia marketplace. Apalagi sebelum produksi sendiri, supplier kami juga lebih banyak berjualannya lewat marketplace.

Disebutkan bahwa dulu persaingan di bisnis online belum sebanyak sekarang. Apa saja suka duka yang dihadapi selama merintis bisnis?

Meski pasarnya masih sangat luas karena pesaing sedikit, kita justru harus bersaingnya dengan produsen-produsen besar. Akibatnya persaingan harga lebih ketat bagi seller-seller waktu itu. Saya pun harus ikut banting harga.
Saya juga bukan orang dari latar belakang yang ‘punya’, sehingga segala sesuatu saya kerjakan sendiri. Awal mulai usaha modal saya hanya punya Rp 800 ribu untuk membeli sepatu lokal ke produsen, dan bersama suami menjual sepatu menggunakan mobil pick up pinjaman di depan minimarket. Kebetulan waktu itu mendekati Idul Fitri, dan ternyata orang-orang antusias karena di area tersebut belum ada lapak yang seperti ini.
Akhirnya dari keuntungan tersebut, saya putar terus menjadi modal. Selanjutnya promosi pun dilakukan di grup-grup sosial media dan ternyata laku hingga sekarang.

Kenapa akhirnya memilih untuk menjual sepatu dan tas produksi sendiri?

Kenapa kami memilih produk fashion, sebenarnya enggak ada alasan khusus, sih. Waktu itu karena melihat saudara saya cukup oke usaha online di Instagram, akhirnya ikut mencoba menjual sepatu lokal.
Dan dari dulu saya tidak terlalu suka barang-barang impor, karena punya kekecewaan di masa lalu mengenai barang impor. Awalnya saya masih ambil dari produsen dan seiring berjalannya waktu dan semakin ramainya pelanggan, produsen saya makin tahu teknologi hingga akhirnya ikut terjun ke marketplace dengan harga lebih rendah dari reseller-nya.
Saya pun mencoba peruntungan lain yaitu berjualan tas. Awal jualan tas di marketplace juga laku banget. Dan lagi-lagi kejadian di awal usaha terulang kembali, karena supplier saya menjual produknya sendiri di marketplace dengan harga rendah. Inilah yang akhirnya menjadi titik balik saya untuk memproduksi produk sendiri.
Ini juga menjadi sebuah pelajaran bagus untuk saya, bahwa suatu saat saya harus bisa membangun sistem supaya reseller bisa senang bekerja sama dengan kita, dan tidak menghancurkan mereka.

Setahun terakhir ini, Shopping Shoes Store juga telah berhasil memberdayakan penjahit konveksi di dua desa di Jawa Tengah dan Jawa Barat, boleh diceritakan latar belakang munculnya ide tersebut?

Seperti halnya slogan Lazada “Ikuti kata hati”, saya hanya mengikuti kata hati untuk tidak membangun sistem yang merugikan orang lain. Melalui usaha ini, saya bertekad bahwa orang-orang yang ikut membantu saya juga harus ikut maju dan sejahtera.
Di awal mengajak mereka (penjahit), kesulitan pasti ada dalam berbisnis, terutama kepercayaan karena awalnya tentu kita (Hanna dan penjahit) tidak saling kenal dan modal saya juga sedikit. Hingga akhirnya kita sama-sama menemukan win-win solution yakni toko saya hanya memakai jasa mereka, sedangkan semua bahan dan keperluan dari saya semua.
Bukan hanya itu, saat mulai mengajak penjahit konveksi tersebut untuk bekerja sama, bertepatan dengan itu pula pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan membuat permintaan barang menurun hingga 70 persen. Tapi kami tidak menyerah begitu saja, dan sekarang desa-desa tempat penjahit kami berada bisa ikut maju dan berkembang.
Hanna Suhardi melalui toko online Shopping Shoes Store berhasil memberdayakan penjahit di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Foto: Youtube #LazadaClub Indonesia.

Bagaimana marketplace memberi andil besar bagi UMKM dan orang-orang yang baru mencoba peruntungan di dunia bisnis online?

Pastinya yang paling besar memberi andil itu marketplace. Di sini, kita diberi kesempatan besar untuk masuk tanpa promosi apa pun. Misalnya Lazada, justru mereka yang gencar melakukan promosi dan iklan dengan mengundang artis-artis.
Di marketplace pun pasarnya luas sekali hampir di seluruh Indonesia. Dan satu lagi, UMKM kan modalnya rata-rata terbatas dan bingung harus bagaimana melakukan promosi. Menurut saya, marketplace seperti Lazada membuka jalan yang lebar bagi kita. Bahkan Lazada juga menyediakan komunitas seperti Lazada Club dan Lazada University yang super solid dan sering membuka sesi ngobrol hingga memberikan kelas-kelas seputar berjualan.
Saya selalu berpegang pada satu quote, “Pikiran menentukan apa yang kita inginkan, tetapi tindakan akan menentukan apa yang akan kita dapatkan”.
Jalan dan tujuan orang untuk berbisnis itu tentu berbeda-beda. Ada orang yang hanya ingin mencari untung, tapi ada juga yang mengikuti kata hati untuk memajukan orang-orang di sekitarnya. Karena itu, cara setiap orang untuk mencapai tujuan berbisnis tentu tidak akan sama.
Kalau dari saya, saat ingin memulai usaha, jangan takut untuk bersusah-susah dahulu. Apa yang kita kerjakan bila sungguh-sungguh pasti akan ada hasilnya, kalau kita bergerak dengan kekuatan 100 persen, maka hasilnya juga akan mengikuti.

Apa harapan Anda bagi perkembangan UMKM di Indonesia saat ini dan di masa depan?

Saya sangat berharap, dengan perkembangan UMKM saat ini dan fasilitas yang disediakan marketplace seperti Lazada, kita dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memperkenalkan produk-produk lokal asli Indonesia hingga ke luar negeri.
Mudah-mudahan di Lazada yang kini sudah ada di enam negara, kita sebagai pemilik toko online dapat menjangkau pelanggan Lazada dari berbagai negara. Dengan begitu, UMKM kita juga bisa semakin maju dan bergerak ke depan. Karena, kualitas produk lokal Indonesia juga tak kalah bagus, kok.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Lazada