Kendala Petani Swadaya Sawit: Naikkan Produktivitas hingga Sulit Akses Keuangan

8 Juni 2023 7:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan kelapa sawit, Musim Mas Group, melakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada para petani swadaya. Terutama untuk membangun budidaya yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Petani swadaya merupakan petani sawit yang membiayai, mengelola, dan memperlengkapi secara mandiri, dan tidak terikat pada satu perusahaan mana pun. Di mana, petani swadaya biasanya mengelola lahan sawit di bawah 20 hektare.
General Manager of Programs & Projects Musim Mas Group, Robert Eugene Nicholls mengatakan, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani sawit, khususnya petani swadaya.
Pertama, produktivitas yang masih rendah. Robert menyebut, produktivitas sawit yang dihasilkan para petani swadaya ini 20-30 persen lebih rendah dibanding perusahaan besar.
“Ini berkaitan dengan bibit dan pupuk, yang disebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai praktik perkebunan yang baik,” ujarnya kepada para wartawan, Rabu (7/6).
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Pelalawan, Riau, Rabu (7/6). Foto: Dok. Istimewa
Kedua, petani swadaya tidak memiliki akses modal dan dukungan keuangan untuk penanaman kembali (replanting) guna mencegah deforestasi serta pertanian terbang dan bakar.
ADVERTISEMENT
Ketiga, petani swadaya juga tidak memiliki akses pasar. Untuk itu, Musim Mas aktif mendampingi agar para petani swadaya bisa naik kelas.
Robert menjelaskan, program ini dimulai sejak 2015 bekerja sama dengan International Finance Corporation yang dikembangkan menjadi dua pendekatan atau program. Keduanya yakni program training for smallholders yang sudah dijalankan sejak 2017, dan program training for trainers: smallholders hub yang berjalan pada 2020.
“Sebagai salah satu pemain utama di industri kelapa sawit, Musim Mas beraspirasi untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab bagi petani swadaya di era baru ini dengan berbagai inovasi yang muncul,” jelas Robert.
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
Termasuk menjembatani para petani swadaya ini untuk mengakses sertifikasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) agar hasil sawitnya bisa diakui secara global.
ADVERTISEMENT
“Kredit tersebut yang kami gunakan untuk para petani swadaya, termasuk mendaftarkan mereka untuk mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan,” katanya.
Adapun saat ini Musim Mas sudah mendampingi 3.537 petani swadaya untuk mendapati sertifikasi RSPO dan 1.600 petani swadaya yang tersertifikasi ISPO.

Curhat Para Petani Swadaya Sawit

Joko Prasetyo, Ketua Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak, Riau. Foto: Sinar Utami/kumparan
Salah satu petani yang dibina Musim Mas adalah para petani yang tergabung dalam Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak di Pelalawan, Riau.
Joko prasetyo, ketua asosiasi petani di sana mengatakan, sebelum mengikuti program dari Musim Mas para petani cukup kesulitan untuk mengelola kebunnya secara berkelanjutan.
“Kita tidak tahu cara merawat sawit yang baik mulai dari memberi pupuk hingga menyusun pelepahnya dengan benar, setelah kita praktikan itu semua, baru terasa manfaatnya,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Joko menyebut, saat ini asosiasinya telah memiliki 745 anggota dengan luas lahan 2.300 hektare. Dari jumlah tersebut, sebanyak 496 petani dengan total luas lahan 1.800 hektare telah tersertifikasi RSPO dan ditargetkan jumlah tersebut terus bertambah.
“Saat awal-awal sangat sulit menjaring anggota, karena takut ada keterikatan dari Musim Mas. Tapi seiring berjalannya waktu, para petani sudah mulai paham manfaat ikut program perusahaan, apalagi hasil panen sawit kami tidak dipaksa dan diwajibkan untuk menjualnya ke Musim Mas,” tutup Joko.