Kepanikan Investor Meluas Imbas Tarif Impor Trump, Wall Street Terjun Bebas

5 April 2025 6:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Wall Street kembali anjlok untuk hari kedua berturut-turut pada Jumat (4/4) yang menandai secara resmi bahwa indeks Nasdaq Composite telah memasuki wilayah bear market (kondisi market mengalami penurunan signifikan).
ADVERTISEMENT
Sementara Indeks Dow Jones Industrial Average mengalami koreksi yang cukup dalam. Pemicu utamanya adalah perang dagang yang kina memanas usai trump mengumumkan tarif impor yang tinggi.
Tiga indeks utama — Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq — mencatat penurunan dua hari terbesar sejak gelombang kepanikan akibat COVID-19 saat masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump.
Dalam dua hari terakhir (Kamis dan Jumat), Dow anjlok 9,3 persen, S&P 500 turun 10,5 persen, dan Nasdaq longsor 11,4 persen.
Kebijakan tarif besar-besaran yang diumumkan Trump telah memicu kekhawatiran resesi global, menghapus nilai pasar triliunan dolar dari perusahaan-perusahaan AS. Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang dijuluki “pengukur ketakutan Wall Street,” ditutup di level tertinggi sejak April 2020 — menunjukkan kepanikan yang semakin meluas di kalangan investor.
ADVERTISEMENT
Sejak Rabu malam, ketika Trump mengumumkan tarif tertinggi dalam lebih dari satu abad, para investor mulai panik dan melepas saham-saham, khawatir terhadap dampak ekonomi di dalam negeri serta kemungkinan pembalasan dari negara-negara mitra dagang AS.
Volume perdagangan saham pada Jumat memecahkan rekor, dengan total transaksi mencapai 26,79 miliar saham — melampaui rekor sebelumnya sebanyak 24,48 miliar saham pada 27 Januari 2021.
Nasdaq turun 962,82 poin atau 5,82 persen ke level 15.587,79 pada Jumat, secara resmi masuk bear market setelah sebelumnya mencatat rekor penutupan tertinggi di 20.173,89 pada 16 Desember.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 2.231,07 poin atau 5,50 persen menjadi 38.314,86, yang berarti telah terkoreksi dari puncak tertinggi sebelumnya di 45.014,04 pada 4 Desember.
ADVERTISEMENT
Indeks S&P 500 juga kehilangan 322,44 poin atau 5,97 persen, ditutup di 5.074,08 — level penutupan terendah dalam 11 bulan terakhir.
"Seberapa parah kejatuhan ini akan bergantung pada seberapa ngotot pemerintahan meneruskan kebijakan tarif ini — yang jelas-jelas ditolak oleh pasar," ujar Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers.
Reaksi dari negara-negara lain terhadap pengumuman tarif Trump makin memperburuk sentimen pasar. JPMorgan bahkan memperkirakan peluang terjadinya resesi global pada akhir tahun naik menjadi 60 persen, dari perkiraan sebelumnya 40 persen.
Sebagai respons, Kementerian Keuangan China mengumumkan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk semua barang asal AS mulai 10 April. Di waktu yang sama, Perdana Menteri Inggris, Australia, dan Italia menggelar pembicaraan untuk menentukan langkah balasan terhadap kebijakan tarif Trump.
ADVERTISEMENT
“Kita seperti berada di zaman Wild West dalam perang dagang saat ini,” kata Mariam Adams, direktur UBS Wealth Management.
Sepanjang pekan ini, S&P 500 turun 9,1 persen, Dow Jones melemah 7,9 persen, dan Nasdaq anjlok 10 persen.
Ketua The Fed Jerome Powell untuk pertama kalinya angkat bicara sejak pengumuman tarif Trump. Ia memperingatkan bahwa lonjakan tarif bisa memicu inflasi lebih tinggi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang berarti The Fed akan menghadapi tantangan kebijakan yang makin kompleks.
Aksi beli besar-besaran terhadap obligasi pemerintah AS mendorong imbal hasil Treasury 10-tahun turun ke bawah 4 persen.
Ini memberikan tekanan tambahan pada saham-saham bank, karena prospek penurunan suku bunga dan perlambatan ekonomi akibat tarif berpotensi menggerus keuntungan mereka. Indeks sektor perbankan S&P (SPXBK) jatuh 7,3 persen.
ADVERTISEMENT
Semua 11 sektor dalam S&P 500 jatuh lebih dari 4,5 persen, dengan sektor energi (SPNY) memimpin penurunan untuk hari kedua berturut-turut — merosot 8,7 persen seiring turunnya harga minyak mentah AS sebesar 7,3 persen.
Saham perusahaan China yang terdaftar di AS juga jatuh tajam. JD.com, Alibaba, dan Baidu masing-masing turun lebih dari 7,7persen. Perusahaan besar AS yang memiliki eksposur besar ke China juga terimbas, termasuk Apple yang turun 7,3 persen.
Sektor semikonduktor juga babak belur. Indeks chipmaker (SOX) anjlok 7,6 persen setelah turun 9,9 persen sehari sebelumnya. Industri ini sangat rentan karena banyak perusahaan desain chip berbasis di AS tetapi produksinya dilakukan di China — sehingga terdampak dua kali oleh perang tarif.
ADVERTISEMENT