Kereta Otonom Tak Sesuai Standar, OIKN Pertimbangkan Kembalikan ke China

13 November 2024 12:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo didampingi Menhub Budi Karya Sumadi mencoba kereta otonom atau autonomous rail transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Selasa (13/8/2024). Foto: Kemenhub RI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo didampingi Menhub Budi Karya Sumadi mencoba kereta otonom atau autonomous rail transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Selasa (13/8/2024). Foto: Kemenhub RI
ADVERTISEMENT
Proyek trem otonom alias kereta tanpa rel di IKN menghadapi tantangan serius setelah hasil penilaian Proof of Concept (PoC) menunjukkan teknologi sistem otonom pada trem tersebut belum memenuhi standar yang diharapkan. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, Mohammed Ali Berawi.
ADVERTISEMENT
"Hasil dari penilaian PoC ditemukan bahwa sistem autonomous dari trem otonom belum dapat berfungsi dengan baik," kata Ali kepada kumparan, Rabu (13/11).
Ali mengatakan, penilaian PoC dilakukan sebagai bagian dari proses evaluasi teknologi untuk memastikan kesiapan sistem sebelum dilanjutkan ke tahap implementasi yang lebih luas.
Adapun, Otorita IKN (OIKN) diberikan tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan dan penilaian PoC untuk kereta tanpa rel. Hal ini sesuai dengan arahan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 2 tahun 2024.
Ali menyebut, setelah tahap penilaian PoC selesai, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan melanjutkan dengan tahap unjuk kerja atau showcase untuk menguji performa trem otonom secara lebih mendalam.
OIKN telah menyiapkan langkah antisipatif sesuai dengan perjanjian Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan teknologi asal China, Norinco jika tahap penilaian PoC tidak dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Jika tidak dilanjutkan, maka sesuai dengan perjanjian MoU OIKN dengan Norinco untuk PoC trem otonom, kita akan meminta pihak Norinco untuk mengembalikan trainset di IKN ke China," ungkap Ali.
Langkah ini menunjukkan keseriusan OIKN dalam menjaga standar teknologi yang diterapkan di IKN Nusantara dan memastikan proyek yang dilaksanakan memenuhi kriteria kualitas yang ketat.
Ali menegaskan, seluruh pembiayaan untuk PoC yang dilakukan di IKN, termasuk proyek trem otonom, sepenuhnya ditanggung oleh para penyedia teknologi.
"Pembiayaan untuk semua PoC yang dilakukan di IKN ditanggung oleh technology providers masing-masing, termasuk juga untuk PoC trem otonom," jelasnya.
Teknisi asal China mengoperasikan rangkaian gerbong kereta otonom atau Autonomous Rail Rapid (ART) saat akan menjalani pengisian daya di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (9/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Dengan skema ini, OIKN meminimalkan risiko finansial yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menguji teknologi baru di kawasan IKN.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, ada empat kriteria penilaian PoC. Antara lain, kualitas dan kehandalan teknologi, interoperabilitas sistem, value for money, serta transfer knowledge dan teknologi.
Ali menambahkan, para penyedia teknologi telah menyadari risiko yang terlibat dalam PoC. Mereka memahami bahwa keberhasilan PoC tidak otomatis menjamin mereka memenangkan kontrak pengadaan di masa depan.
"Para Technology Providers sudah fully aware sebelum melakukan PoC, bahwa PoC akan memberi nilai tambah dalam proses seleksi tetapi tidak menjamin penyedia teknologi memenangkan kompetisi pengadaan," tegasnya.
Adapun, PoC merupakan bagian dari pengembangan dan pengujian produk teknologi terkini yang dilakukan di IKN Nusantara, yang dirancang sebagai living lab dan innovation test-bed. Konsep ini diharapkan mampu menjadikan IKN sebagai pusat inovasi yang tidak hanya memanfaatkan teknologi terkini, tetapi juga mengembangkan solusi baru yang dapat diterapkan di berbagai wilayah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT