Kesepakatan Tarif Impor AS-China Bawa Angin Segar Buat Ekonomi RI

12 Mei 2025 18:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk menurunkan tarif impor dinilai membawa angin segar bagi stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pengamat ekonomi menilai kesepakatan ini menjadi peluang strategis yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk memperluas pasar ekspor dan memperkuat kerja sama dagang khususnya dengan AS.
Ekonom bidang Industri dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menyebutkan bahwa kesepakatan ini berpotensi meredam gejolak di pasar keuangan internasional.
“Ini kelihatannya akan semakin menurunkan tingkat volatilitas di pasar keuangan global. Bagi Indonesia, ini sinyal yang bagus karena menunjukkan Amerika terbuka untuk proses negosiasi,” ujar Myrdal kepada kumparan, Senin (12/5).
Ia berharap, negosiasi yang terbuka antara AS dan China juga dapat diterapkan dalam hubungan dagang AS dengan Indonesia, khususnya terkait potensi penerapan tarif Trump baru.
Suasana Gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal dan Keuangan, Ibrahim Assuaibi, menilai Tiongkok tetap dalam posisi kuat meski tarif AS atas barang-barangnya cenderung masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, China kemungkinan bakal membuka jalur ekspor baru ke berbagai negara, termasuk kawasan ekonomi ASEAN.
“Salah satunya adalah Indonesia, juga Vietnam, Kamboja, Malaysia, bahkan hingga Afrika dan Eropa Timur. Negara-negara anggota BRICS bisa jadi target ekspansi baru Tiongkok,” kata Ibrahim kepada kumparan, Senin (12/5).
Kata Ibrahim, Indonesia sudah mengambil langkah strategis melalui berbagai pendekatan kepada Pemerintah AS. Ada tiga item yang dibawa, yaitu biaya impor 0-5 persen, pembebasan PPN dan PPh, serta kebijakan fiskal dan deregulasi non-fiskal.
"Ini kemungkinan besar akan diterima oleh pemerintah AS,” ungkapnya.
Wakil Menteri Perdagangan Cina, Li Chenggang. Foto: Denis Balibouse/Reuters
Sebelumnya, AS dan China sepakat untuk menurunkan tarif impor secara signifikan. Produk-produk asal AS yang masuk ke China kini dikenai tarif sebesar 10 persen, sementara barang-barang dari Tiongkok ke AS dikenai tarif 30 persen.
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, Senin (12/5), kesepakatan ini akan berlaku selama 90 hari sebagai bagian dari upaya kedua negara meredakan ketegangan dagang yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
Beijing memangkas tarif atas produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Sementara itu, Washington mengurangi bea masuk barang-barang China dari 145 persen menjadi 30 persen.