Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketegangan yang terjadi antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) membuat harga minyak dunia bergejolak. Harga minyak mentah Brent sempat naik hingga USD 70 per barel.
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi hal tersebut.
Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan bahwa pemerintah telah berpengalaman menghadapi harga minyak dunia yang fluktuatif.
"Indonesia sudah punya pengalaman harga minyak di atas 100 dan juga di bawah 40. Jadi, kita sudah punya pengalaman kalau nanti harga minyaknya tinggi, kita sudah bisa punya solusi atau langkah-langkah yang harus kita ambil. Misalnya, apakah ada APBN-P di 2020, kita belum tahu ini. Kalau misalnya tetap stabil, enggak ada masalah," kata Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/1).
Saat ini, dalam APBN 2020 asumsi harga minyak dipatok USD 63 per barel. Namun, apabila harga minyak mentah dunia melonjak melebihi asumsi, maka Kementerian ESDM akan membahasnya kembali bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan DPR RI.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Terbunuhnya seorang jenderal Iran, Qassem Soleimani, jadi musabab ketegangan Iran dan AS. Soleimani terbunuh akibat serangan drone yang diluncurkan Amerika Serikat. Saling kecam dan ancam antar kedua negara terjadi usai peristiwa itu.
Konflik AS dan Iran dikhawatirkan berdampak pada pasokan minyak dunia. Apalagi Selat Hormuz yang terletak di antara Iran dan Oman merupakan jalur distribusi perairan penting karena menghubungkan produsen minyak mentah di Timur Tengah dengan pasar utama di seluruh dunia.