Keterbatasan Lahan hingga Investasi Mahal Jadi Kendala Pengusaha Bangun SPKLU

18 Februari 2025 19:33 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Rest Area KM 57A Tol Jakarta-Cikampek, Rabu (20/3/2024).  Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Rest Area KM 57A Tol Jakarta-Cikampek, Rabu (20/3/2024). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengisian Kendaraan Listrik Indonesia (APPKLI), Cawir Ginting, mengungkapkan keterbatasan lahan jadi tantangan tersendiri ketika ingin membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di luar rest area tol.
ADVERTISEMENT
"Bagi kami tantangan pengembangan SPKLU ini ya itu tadi ketersediaan lahan, bagaimana kita itu mencari paham untuk pemasangan SPKLU itu agak susah," ucap Cawir di acara Coffee Morning Rencana Pengembangan SPKLU Tahun 2025 s.d 2030, di Jakarta, Selasa (18/2).
Untuk itu, APPKLI mengubah strategi pemasarannya lewat pemasangan SPKLU di gedung-gedung, mal, perkantoran, dan apartemen.
Cawir membeberkan tantangan lainnya yaitu sebaran daerah pengguna electric vehicle (EV) masih terbatas, paling banyak ada di perkotaan.
Kemudian, masalah biaya investasi yang masih cukup mahal antara lain untuk pengadaan charger, material instalasi, sewa lahan, biaya penyambungan dan Uang Jaminan Langganan (UJL), hingga biaya minimum 40 Jam.
Belum diterapkannya biaya layanan menjadi salah satu faktor tantangan pemasangan SPKLU. Dari sisi peraturan, belum tersedianya regulasi Pemerintah Daerah (Pemda) yang mendukung juga menjadi tantangan.
ADVERTISEMENT
"Biaya investasi, kalau di rest area tuh yang nggak boleh saluran udara pake kabel bawah tanah itu kami bisa kena Rp 300 juta, jadi nih sudah deket kayak harga charger-nya," jelas Cawir.