Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ketika Azan Magrib Berkumandang di Desa Silangkitang Tambiski
25 Februari 2018 19:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Langit di Desa Silangkitang Tambiski, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara sudah mulai gelap. Tapi warganya masih antusias mendengarkan Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, yang tengah memberikan sambutan di balai desa untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 53 Kilowatt (KW).
ADVERTISEMENT
Ada yang duduk rapi di bawah tenda, tak sedikit pula yang berdiri di sekitar balai desa. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, hingga anak-anak berkumpul di balai desa untuk syukuran karena desa mereka mendapatkan listrik dari pemerintah setelah 73 tahun Indonesia merdeka.

Ketika azan magrib berkumandang, perlahan sebagian warga menuju ke rumah dan masjid untuk menunaikan salat.
Salah satu warga Desa Silangkitang Tambiski, Siti Hasan Boruregar, mengungkapkan suara azan yang berkumandang di kampung mereka merupakan momen langka. Sebab, sebelumnya azan tak terdengar kencang di desa yang terdiri 7 dusun ini.
"Sebelumnya, kalau azan enggak ada suara di masjid (karena tidak ada listrik untuk menyalakan pengeras suara)," kata Siti kepada kumparan (kumparan.com), saat di balai desa, Sabtu (24/2).

Kata Siti, suara azan ketika waktu subuh datang lebih tak terdengar lagi. Sebab, sebelum ada listrik dari PLTMH, penerangan di dusunnya hanya menyala dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB saja. Itu artinya, kampung akan gelap gulita setelah pukul 22.00 WIB hingga matahari datang, tak ada listrik mengalir.
ADVERTISEMENT
"Sekarang azan subuh terdengar. Apalagi nanti ketika bulan puasa tiba, akan lebih ramai lagi," ungkap ibu satu anak ini terharu.
Siti adalah satu dari ratusan warga di Desa Silangkitang Tambiski. Ada 155 kepala keluarga desa ini yang merasakan perubahan besar berkat adanya listrik. Bukan hanya bisa menunaikan ibadah dengan lebih khusyuk di masjid, anak-anak di sana pun jadi punya waktu belajar lebih panjang pada malam hari.
"Dulu malas belajar sebelum ada listrik. Sekarang ada listrik sampai pagi, jadi rajin belajar," kata siswa SMP di sana, Jerni, kepada kumparan.
PLTMH membawa secercah harapan bagi warga Silangkitang Tambiski. Kini listrik di rumah mereka bisa menyala dari pukul 17.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB. Biaya yang dikeluarkan tiap rumah untuk listrik hanya Rp 35.000 per bulan, lebih efisien dibanding menggunakan mesin diesel.
ADVERTISEMENT
Buruknya Infrastruktur Menuju Desa Silangkitang Tambiski
Membayangkan terangnya kota-kota besar seperti Jakarta di malam hari akan membuat siapapun mengelus dada ketika bertandang ke Desa Silangkitang Tambiski. Bukan hanya jarak tempuhnya yang jauh, medan yang berat dan buruknya kondisi infrastruktur menjadi tantangan saat kumparan mengikuti tim Kementerian ESDM ke sana.
Jalan ke Desa Silangkitang Tambiski hanya bisa dilalui dengan mobil 4WD alias 4 wheels drive karena jalanan yang berbatu, berkelok-kelok, dan banyak tanjakan curam.
Sepanjang perjalanan, rombongan terombang-ambing di dalam kendaraan karena kondisi jalan yang tak rata. Meski begitu, pemandangan berupa bukit, pepohonan, dan areal pertanian membuat mata tak ingin terpejam.
Memasuki gapura sederhana Desa Silangkitang Tambiski, jalanan berubah menjadi tanah becek dan berlubang yang menyulitkan laju kendaraan.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di desa, rombongan Kementerian ESDM disambut hangat oleh penduduk. Beberapa penduduk yang mengobrol dengan kumparan mengaku sangat bahagia dengan rombongan Kementerian ESDM yang menghadirkan listrik di kampung mereka.
Kini, warga Desa Silangkitang Tambiski bisa menikmati terangnya lampu saat malam hari. "Jadi enggak takut lagi keluar di malam hari," demikian kata beberapa anak di desa ini.