Ketua Kadin Prediksi Ekspor Tekstil RI ke AS Tumbuh 25 Persen di 2020

29 Oktober 2019 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih berlangsung. Hal ini berdampak ke beberapa negara mitra dagang keduanya, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani mengatakan, dampak perang dagang AS-China tak selamanya negatif. Ada beberapa sektor yang akan mengalami keuntungan dari perang dagang ini seperti tekstil, garmen, hingga ban lokal.
“Dua partner dagang terbesar ini, AS dan China, otomatis turun dengan Indonesia akibat perang dagang. Tapi tidak semua jelek, ketika saya bicara dengan asosiasi tekstil, mereka bilang kalau tahun depan ekspor garmen kita ke AS bakal naik 20 sampai 25 persen,” katanya saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (29/10).
Peningkatan ini bisa terjadi lantaran AS dan Indonesia sepakat untuk menerapkan sistem fair trade dan resiprokal. Dengan begitu, dia optimistis produk tekstil dan garmen dalam negeri akan meningkat. Lalu, dia menyebut produk garmen dalam negeri ke AS akan dibebaskan tarif masuk.
Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Rosan P. Roeslani di Grand Sahid Jaya, Selasa (16/7). Foto: Elsa Olivia Touran/kumparan
“Jadi harganya kompetitif,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya tekstil dan garmen, produk ban lokal juga akan mendapatkan berkah. Hanya saja jika dibandingkan tekstil dan garmen, nilai ekspor ban ke AS lebih kecil.
“Kemudian juga perusahaan ban akan berdampak positif,” sebutnya.
Untuk itu, Rosan mendorong agar ekspor yang dilakukan tahun depan berupa produk jadi, bukan lagi komoditas. Cara ini diyakini mampu mendongkrak kinerja ekspor dan mendapatkan nilai tambah.
“Jika bicara komoditas, berdampak ke ekspor kita ke China karena kita eksportir paling besar,” tutupnya.