Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Keuangannya Senasib dengan Garuda, BUMN Maskapai Afrika Selatan Dijual ke Swasta
12 Juni 2021 10:47 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pemerintah Afrika Selatan memutuskan untuk menjual 51 persen saham maskapai penerbangan South African Airways (SAA) ke konsorsium Takatso senilai lebih dari 3 miliar rand atau sekitar USD 221 juta. Seperti diketahui, maskapai SAA telah berada di ambang kebangkrutan sejak Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Kondisi keuangannya kian memburuk sejak pandemi COVID-19 dan semua operasinya terhenti pada September 2020. Senasib dengan Garuda , maskapai penerbangan nasional Indonesia.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (12/6) maskapai ini adalah salah satu dari segelintir perusahaan Afrika Selatan yang bergantung pada dana talangan pemerintah. Hal ini membuat keuangan negara semakin tertekan apalagi utang pemerintah juga meningkat pesat.
Dengan menjual mayoritas saham kepada konsorsium Takatso, pemerintah Afrika Selatan berharap kemitraan tersebut akan meringankan beban keuangan mereka. Menteri Perusahaan Publik Afrika Selatan Pravin Gordhan mengatakan, negara tidak akan lagi memberikan dana apa pun kepada maskapai, setelah perseroan menerima 7,8 miliar rand dari pemerintah pada akhir April lalu.
Gordhan menambahkan bahwa pemerintah akan tetap mempertahankan porsi kepemilikan saham sebesar 49 persen dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan di masa depan.
ADVERTISEMENT
“Tujuan membawa mitra ekuitas ke SAA adalah untuk memperkuat perseroan dengan keahlian teknis, keuangan, dan operasional yang diperlukan untuk memastikan maskapai Afrika Selatan yang berkelanjutan, gesit, dan layak,” ujarnya.
Adapun konsorsium Takatso tersebut terdiri dari kelompok investor Afrika Harith Global Partners dan kelompok penerbangan Global Aviation.
Ketua Konsorsium Tshepo Mahloele mengatakan bahwa 3 miliar rand seharusnya cukup untuk mengoperasikan maskapai selama 12 hingga 36 bulan. Mahloeloe juga mengatakan bahwa pemerintah Afrika Selatan bisa melepaskan lebih banyak kepemilikannya ke depan.
Sementara itu Kepala Eksekutif Takatso Gidon Novick mengatakan dengan kondisi saat ini rencana SAA untuk IPO diperkirakan tidak mungkin terjadi setidaknya dalam tiga tahun ke depan. Sebab sebelum melantai ke pasar modal, maskapai SAA harus membukukan laba terlebih dulu.
ADVERTISEMENT
Novick mengatakan Takatso akan berusaha untuk meluncurkan kembali SAA sesegera mungkin, dengan memprioritaskan rute domestik diikuti rute regional. Rute jarak jauh internasional juga akan dibuka tetapi akan dipilih dengan hati-hati. Selain itu SAA juga direncanakan bakal menjalin kemitraan dengan operator besar.
“Kami akan bersaing dengan maskapai terbesar di dunia, dan kami harus memperhatikan itu," kata Novick.
Di sisi lain, anak perusahaan maskapai SAA juga akan turut dievaluasi, khususnya Air Chefs, SAA Technical dan maskapai berbiaya rendah Mango. Gordhan memastikan bahwa maskapai SAA akan terus berdomisili di Afrika Selatan dan pemerintah akan tetap memiliki 33 persen hak suara untuk kepentingan nasional.