Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Kinerja Arsjad Rasjid Selama Pimpin Kadin, Dorong Investasi hingga UMKM
16 Januari 2025 17:01 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Setelah menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin ) Indonesia tahun 2021-2025, Arsjad Rasjid meninggalkan jejak prestasi yang luar biasa. Kepemimpinannya berhasil membawa Kadin ke level yang lebih strategis, baik di tingkat nasional maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Di awal kepemimpinannya, Arsjad meluncurkan program Vaksinasi Gotong Royong dan Rumah Oksigen Gotong Royong yang membantu penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Pada tahun 2022 dan 2023 lalu, ia memimpin Kadin sebagai tuan rumah Business 20 (B20) Indonesia dan Ketua ASEAN -Business Advisory Council (BAC) 2023, yang menghasilkan berbagai inisiatif strategis, termasuk investasi senilai Rp 75 triliun melalui 18 MoU dan melibatkan lebih dari 3.000 pemimpin bisnis dari 69 negara.
Arsjad juga memimpin peluncuran Peta Jalan Indonesia Emas 2045, sebagai panduan jangka panjang untuk kemajuan ekonomi nasional.
Di tahun 2024, ia memimpin penyusunan White Paper Strategis Arah Pembangunan dan Kebijakan Ekonomi 2024-2029, mendukung target pemerintah untuk menghapus kemiskinan ekstrem dan mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
ADVERTISEMENT
Arsjad menyampaikan, kolaborasi inklusif dengan Kadin Provinsi, Kabupaten/Kota, Anggota Luar Biasa, pemerintah, dunia usaha, organisasi nasional dan internasional, serta elemen masyarakat, menjadi kunci keberhasilan berbagai program strategis organisasi usaha tersebut.
Hari ini, Kamis (16/1), Kadin Indonesia akan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto. Arsjad Rasjid dikabarkan akan menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.
Keselerasan Prioritas B20-G20
Pada tahun 2022 lalu, Ketua Umum Kadin Indonesia dan Host of B20 Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, Presidensi B20-G20 tahun ini berlangsung di tengah situasi geopolitik yang memanas disertai mengenai menurunnya kepercayaan masyarakat dunia terhadap globalisasi yang dianggap gagal memberikan keadilan.
Arsjad melihat, sebagai negara yang berada di antara kawasan Utara dan Selatan serta satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota tetap G20, Indonesia mampu menjadi penyambung suara ekonomi negara maju dan berkembang di kancah global. Pada saat yang sama, Indonesia memiliki tradisi panjang dalam mengadvokasi berbagai kepentingan di meja perundingan.
ADVERTISEMENT
Selaras dengan arahan Presiden Ketujuh RI Joko Widodo, B20 Indonesia menetapkan tiga prioritas utama untuk B20 Summit sejalan dengan prioritas Presidensi G20 terkait problem mendasar bagi negara berkembang dan negara maju, yakni ekonomi hijau, pemberdayaan UMKM dan perempuan, dan penguatan ketahanan kesehatan global.
“Ketiga elemen ini adalah kunci untuk memastikan kolektif, berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif untuk semua negara. Untuk itu, kami merumuskan tiga terobosan yaitu inovasi untuk pertumbuhan pasca krisis yang adil, penyertaan UMKM dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan, dan kolaborasi negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan,” jelas Arsjad, dikutip Kamis (16/1).
Perkuat Konektivitas ASEAN dan Sektor Swasta
Arsjad Rasjid yang juga Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), menyebutkan, kepemimpinan Indonesia di ASEAN-BAC bukan hanya bermanfaat bagi RI, namun juga negara-negara ASEAN lain dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Arsjad bilang, visi Indonesia ialah untuk memperkuat konektivitas atau hubungan antarnegara di wilayah Asia Tenggara, melalui peran krusial kelompok bisnis dan swasta.
Salah satu krisis yang dialami seluruh negara dunia imbas konflik geopolitik Rusia-Ukraina adalah terganggunya rantai pasok. Maka Kadin melalui kepemimpinan ASEAN-BAC melihat perkara ini sebagai kesempatan untuk membuat rantai pasokan untuk level ASEAN.
Menurutnya, ASEAN dapat memperlancar kembali rantai pasok yang terdisrupsi akibat perang dan membantu memulihkan kembali perekonomian dunia dan bahkan mempunyai potensi untuk menjadi the next China sebagai pusat rantai suplai dan perdagangan.
“Kita bicara 700 juta populasi di ASEAN, dengan nilai ekonomi hampir USD 3 triliun, ini adalah kekuatan ekonomi yang besar sekali. Dan juga dengan konflik geopolitik terjadi disrupsi di supply chain, jadi mengapa kita tidak membuat regional supply chain? Basisnya di ASEAN,” pungkas Arsjad ketika ditemui kumparan di Menara Kadin, Jakarta, Senin (10/4) dikutip Kamis (16/1).
ADVERTISEMENT
“Jadi kita buat rantai pasok level regional, lalu kemudian di-link dari regional ke dunia,” sambungnya.
Rantai pasok level regional ini dapat menegaskan posisi ASEAN sebagai komunitas sentral dunia. Kata Arsjad, dengan adanya rantai pasok ini, ASEAN akan dinilai sebagai kekuatan ekonomi yang vital oleh negara-negara lain, sebagai penyedia rantai pasok paling besar di Asia.
“Selama ini ASEAN selalu dibilang sentral dunia, tapi saat ini belum terwujud betul kita masih sendiri-sendiri. Kenapa tidak mulai people-to-people, business-to-business approach? itu akan lebih real,” tuturnya.
Net Zero Hub Sebagai Platform untuk Bantu UMKM
Ketua ASEAN-BAC sekaligus Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid, memimpin delegasi bisnis Indonesia dalam pertemuan ASEAN Leaders Interface Meeting with Representatives of ASEAN-BAC di Vientiane, Laos, pada bulan Oktober 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan tersebut, Arsjad menekankan pentingnya percepatan langkah ASEAN menuju keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif melalui beberapa inisiatif utama.
Arsjad menggarisbawahi pentingnya ASEAN Net Zero Hub sebagai platform untuk membantu bisnis, termasuk UMKM, dalam transisi menuju emisi net-zero.
Inisiatif ASEAN Net Zero Hub dirancang agar pelaku bisnis dapat berbagi solusi praktis dan mendukung perusahaan dalam mengatasi tantangan rantai pasok secara berkelanjutan.
"Kita harus bergerak cepat untuk memastikan ASEAN siap bertransisi menuju ekonomi rendah karbon," ujar Arsjad melalui keterangan tertulis, dikutip Kamis (16/1).
Arsjad juga menyampaikan peran besar ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM) dalam memimpin pengembangan pasar karbon lintas batas di ASEAN. AACM telah memulai dialog eksekutif untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan di pasar karbon.
ADVERTISEMENT
"ASEAN harus menjadi pemain utama dalam pasar karbon global, dan manfaatnya harus dirasakan oleh semua negara anggota," tegasnya.
Arsjad mengusulkan 5 langkah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan dekarbonisasi di ASEAN, yaitu mempercepat pengembangan pasar karbon lintas batas, harmonisasi standar terkait karbon di seluruh ASEAN, mendorong investasi hijau melalui perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement), meningkatkan kolaborasi publik-swasta dalam mendukung transisi energi, serta menciptakan insentif ekonomi untuk mempercepat dekarbonisasi sektor swasta.
Arsjad pun turut mendorong konsep complementary growth atau pertumbuhan komplementer, di mana setiap negara ASEAN bisa memanfaatkan kekuatan komparatif masing-masing untuk menghasilkan produk bernilai tambah lebih tinggi.