Kisah Jatuh Bangun Bisnis Sriwijaya Air: Terlilit Utang hingga Rombak Direksi

10 Januari 2021 19:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mengalami pasang surut dalam menjalankan bisnis. Maskapai swasta yang didirikan oleh pengusaha Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, serta beberapa rekan mereka lainnya, ini langsung moncer dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
Maskapai yang mengudara pertama kali pada 10 November 2003, ini awalnya hanya memiliki satu armada jenis Boeing 737-200. Lama kelamaan, pesawat yang dimiliki pun bertambah jadi 15 unit dengan masih tipe Boeing.
Baru 4 tahun mengudara, maskapai diganjar penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing pada tahun 2007, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft.
Kondisi tersebut membuat perusahaan pada 2013 mendirikan maskapai pengumpan yang diberi nama NAM Air. Hingga 2 tahun kemudian, maskapai mengantongi sertifikasi keselamatan penerbangan dari Flight Safety Foundation yang berbasis di Amerika Serikat.
Namun, moncernya bisnis Sriwijaya Air tak bisa bertahan lama. Masalah keuangan datang dan membuat manajemen harus memutar otak agar tetap bisa menjalankan bisnisnya sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Belum selesai masalah keuangan, kini Sriwijaya Air tertimpa musibah. Pesawat Sriwijaya Air jatuh pada Sabtu kemarin. Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut diperkirakan jatuh di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Pesawat jenis Boeing Co 737-500 itu mengangkut sebanyak 62 orang, terdiri dari 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak, dan 12 kru pesawat.

Sriwijaya Air Tunggak Utang

Manajemen PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) mencatat Sriwijaya Air masih menunggak utang ke pihaknya. Direktur Utama GMFI, Tazar Marta Kurniawan, merinci utang Sriwijaya Air Group senilai USD 50 juta per Januari 2020.
"Sriwijaya Air, Januari 2020 USD 50 juta. Sita jaminan 10 engine, 6 airframe, 2 pesawat miliknya NAM Air, kalau dieksekusi semua bisa menutupi utangnya, diharapkan tidak sampai enggak bayar," katanya saat ditemui di kantornya, Tangerang, Selasa (28/1/2020).
ADVERTISEMENT
Selain utang ke GMFI, Sriwijaya Air juga tercatat pernah punya utang ke BUMN lain. Dari dokumen yang diterima kumparan pada Selasa (10/9) tahun lalu, Sriwijaya punya utang ke Pertamina Rp 942 miliar, BNI Rp 585 miliar (Pokok), Angkasa Pura I Rp 50 miliar, hingga Angkasa Pura II Rp 80 miliar. Belum diketahui pasti apakah semua utang ke BUMN tersebut sudah lunas atau belum.
Bercerai dengan Garuda
Persoalan keuangan yang menimpa Sriwijaya Air sebenarnya sempat diselamatkan Garuda Indonesia pada November 2018. Garuda mengumumkan niat menjalin kerja sama manajemen (KSM).
Namun, kerja sama keduanya tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Garuda dan Sriwijaya Air akhirnya tidak bisa melanjutkan kerja sama tersebut per Oktober 2019. Pemerintah sebenarnya sempat meminta kedua maskapai rujuk kembali.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak dari putusnya KSM tersebut, GMF Aero Asia yang merupakan anak usaha Garuda sempat menolak memberikan layanan perawatan pesawat kepada Sriwijaya Air.
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air di landasan pacu Foto: Shutterstock
Sriwijaya Angkat Direksi Baru
Pemutusan kerja sama Sriwijaya Air Group dengan Garuda Indonesia, sepertinya sulit untuk dirujukkan kembali seperti keinginan Pemerintah. Setelah kerja sama kedua maskapai berakhir pada medio 2019, Sriwijaya Air langsung mengangkat direksi baru.
Dari salinan surat yang diperoleh kumparan, pengangkatan direksi baru Sriwijaya Air dilakukan oleh Hendry Lie yang mengatasnamakan pemegang saham. Hendry Lie adalah saudara dari Chandra Lie. Dua bersaudara itulah pendiri Sriwijaya Air pada 2003.
Sebelum Sriwijaya Air dibelit masalah keuangan dan menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia, Hendry pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris Sriwijaya Air.
ADVERTISEMENT
Adapun jajaran direksi baru Sriwijaya Air yang diangkat Hendry Lie, yakni Direktur Utama dijabat oleh Jefferson Irwin Jauwena. Pengangkatan berdasarkan surat bernomor 088/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019.
Direktur Teknik dijabat Dwi Iswantoro berdasarkan surat bernomor 089/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019. Sedangkan Direktur Operasional dijabat Didi Iswandy berdasarkan surat bernomor 090/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019, dan jajaran direksi lainnya.
Saat ini, belum diketahui apakah ada lagi perubahan susunan komisaris dan direksi perusahaan. Daftar atau informasi nama-nama jajaran direksi tersebut tidak bisa diakses di website resmi sriwijayaair.co.id.