Kisah Jatuh Bangun Santi Bikin UMKM Batik Khas Tapanuli Selatan

2 Februari 2023 11:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja KUB Batik Tapsel saat memberi warna sintesis saat proses pembuatan batik. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja KUB Batik Tapsel saat memberi warna sintesis saat proses pembuatan batik. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi Santi (35 tahun) Batik Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, bukan sekadar kain bercorak indah. Motifnya melambangkan simbol yang mencerminkan kebudayaan masyarakat di Kabupaten Tapsel.
ADVERTISEMENT
Kala panas lagi teriknya, Santi tampak santai memberi pewarna sintesis ke kain batik di rumahnya, Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapsel.
“Ini nama motif kain batiknya, tanduk horbo (tanduk kerbau), ini melambangkan bentuk kerajaan di Tapsel,” ujar Santi saat ditemui wartawan dan perwakilan PT. Agincourt Resources (PTAR), Rabu (1/2).
PTAR merupakan perusahaan, pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Tapsel, yang dipimpin Santi.
Kembali ke Santi, pemberian warna sintesis adalah bagian dari proses pembutan batik.
“Kalau batik cetak awalnya kain mori, lalu kita cap, kita warnai sesuai yang kita inginkan, kita terus dicelup untuk mendapatkan warna dasar (terus dilakukan teknik) ngelorot,” ujar Santi
Selain batik cetak, Santi juga membuat batik tulis. Ada 15 motif Batik Tapsel yang bisa dibuat kelompoknya. Paling banyak digemari motif salak Tapsel, kopi, dalihan natolu, Gajah Najunggal, Benteng Huraba dan lainnya.
Produk KUB Batik Tapsel. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Motif tersebut melambangkan nilai-nilai kebudayaan di Tapsel. Karena ke khasannya, Batik Tapsel banyak dipesan. Termasuk dari pejabat pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
“Harga kalau dapat bentuk kain mulai Rp 175 ribu-Rp 250 ribu. Kalau jadi baju Rp 350 ribu-Rp 500 ribu. Dalam satu Minggu normalnya yang laku bisa 20 sampai ke 50 kain,” ujar Santi
Berkembangnya KUB Batik Tapsel Santi, berdampak positif bagi masyarakat. Dia yang awalnya mengerjakan batik sendiri, kini memiliki 18 karyawan.
“Pejualannya juga udah di luar Tapsel. Ada di Kota Medan, ada di Kota Sibolga, terus di Cikarang (Jawa Barat) ,” ujarnya
Majunya KUB milik Santi, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di awal merintis pada 2016, dia sempat jatuh bangun membangun usahanya. Dia bersyukur mendapat binaan dari PTAR sejak 2021. Pemasaran usaha batiknya kini, kian meluas.
“Kerja sama sama PTAR kami dapat ilmu dari pemasaran, ilmu dampingan. Misalnya seperti tahun lalu kita didampingi secara langsung membuat pemasaran online,” ujarnya
ADVERTISEMENT
Community Development PTAR Ifan Farianda mengatakan, selain membantu proses pemasaran. PTAR juga mengajarkan Santi, membuat produk turunan dari Batik Tapsel yakni Bator Craft.
“Kalau KUB Batik Tapsel ini memproduksi kain saja, kalau Bator Craft produk batik dibuat menjadi kain jadi tas, jadi baju,” katanya.
Community Development PTAR, Rohani Simbolon. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Dalam proses pengembangan, pihaknya juga akan membuka galeri UMKM yang menjajakan Batik Tapsel dan produk turunannya.
“Ini menjadi sentra juga, untuk menjajakan atau mendisplay batik tadi, jadi tahu kalau ke Batang Toru (Tapsel) belinnya di mana,’’ katanya.
Rohani Simbolon yang juga Community Development PTAR lainnya, juga menegaskan pihaknya akan berkomitemen meningkat kuliatas batik Tapsel.
Pekerja KUB Batik Tapsel saat mencetak motif batik. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
“Peningkatan itu, kita harapkan bisa mengembangkan sayapnya, sehingga, UMKM menciptakan lapangan kerja. Berarti ada peningkatan nilai produk ke marketingnya, untuk mencari pasar baru jadi nggak sekedar kain lagi,” kata Rohani.
ADVERTISEMENT
Dia juga berharap KUB Batik Tapsel, mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.
“Jangan sampai masyarakat terlena, bagaimana bekerja ditambang, padahal banyak unit usaha yang bisa dikembangkan,” ungkapnya.