Kisah Sukses Adil Makki, Pengusaha Arab Saudi Berdarah Indonesia

2 Maret 2017 7:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Adil Abdul Manief Makki (Foto: Dewi Rachmat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adil Abdul Manief Makki (Foto: Dewi Rachmat/kumparan)
Usianya masih terbilang muda, 33 tahun, namun Adil Abdul Manief Makki patut dibilang sukses. 
ADVERTISEMENT
Tak hanya berparas tampan, pria yang akrab disapa Adil ini sudah mampu membangun perusahaan sendiri bernama Adil Makki Contracting Company (AMCO). 
Tak melulu di bidang konstruksi, Adil juga menggarap bisnis restoran. Adil memulai serius berbisnis sejak usia 18 tahun dan saat usianya menginjak 25 tahun, ia sudah mampu mendirikan perusahaan tersebut yang kini sudah memiliki 200 karyawan.
Siapakah Adil?
Adil tak lain adalah pengusaha Arab Saudi berdarah Indonesia. Adil merupakan cicit dari KH Zainul Arifin Pohan, tokoh panglima santri yang banyak berkiprah di NU.
Karakter yang kuat memang sudah dialirkan dari darah sang buyut. KH Zainul Arifin Pohan merupakan wakil perdana menteri kabinet Ali Sastroamijoyo. Ia merupakan salah satu pejuang muslim yang turut berkontribusi dalam kemerdekaan Indonesia. 
ADVERTISEMENT
Ibunya asli Indonesia, ayahnya dari Arab Saudi. Ketekunannya berbisnis memang mengalir dari darah kedua orang tuanya.
Adil sejak kecil memang sudah tertarik dengan dunia bisnis. Orang tua Adil punya bisnis perjalanan haji dan umrah juga catering. 
Dari situ, Adil mulai ikut-ikutan berbisnis. Hingga usianya beranjak dewasa, Adil mulai berbisnis sendiri sampai akhirnya masuklah dalam kumpulan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jeddah. Adil jadi Ketua Hospitality nya. Karier Adil terus berlanjut hingga mengantarkan Adil masuk ke tingkatan Kadin yang lebih tinggi yaitu Kadin Arab Saudi. Dari situlah, Adil mulai banyak mengenal pengusaha-pengusaha sukses. Bisnis dan nama besar Adil mulai mengembang.
Adil Abdul Manief Makki (Foto: Dewi Rachmat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adil Abdul Manief Makki (Foto: Dewi Rachmat/kumparan)
"Adil dari keluarga yang berbisnis haji dan umrah, pekerja catering, mulai dari sekolah, mulai ikut, mulai serius umur 18, saya mengikuti bapak, belajar bagaimana bernegosiasi dan umur 25 buka perusahaan sendiri di konstruksi dan restoran di Jeddah, Alhamdulillah," papar Adil saat berbincang bersama kumparan, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (2/3) malam.
ADVERTISEMENT
Adil mencoba mengulas balik kisahnya membangun AMCO. Saat itu di tahun 2000 merupakan masa kejayaan Arab Saudi, di mana harga minyak melonjak tinggi. Untuk diketahui, minyak merupakan sumber utama pendapatan Arab Saudi. Saat harga minyak tinggi, pendapatan yang masuk pun melimpah. 
Saat itulah, pemerintah Arab Saudi banyak menggelontorkan dana untuk pembangunan infrastruktur. Tak mau kehilangan kesempatan, AMCO masuk ke berbagai proyek-proyek infrastruktur di Arab Saudi. Tak hanya sendiri, AMCO juga mulai melihat peluang untuk berbisnis dengan perusahaan di luar Arab Saudi. Bertemulah dengan PT Wijaya karya Tbk (WIKA). 
"Jadi kebijakan negara adalah menaruh banyak budget untuk infrastruktur, bangunan-bangunan di Arab Saudi, dari situ banyak peluang untuk perusahaan baru. Saat ini kita punya 200 karyawan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ini yang dinamakan bahasa adalah penyambung lidah. Adil yang memang keturunan Indonesia, mampu berbahasa Indonesia dengan fasih. Bersama WIKA, Adil mulai membangun bisnis bersama.
"Karena Adil bisa bahasa Indonesia, kebetulan ada WIKA masuk, di situ kita mulai besarkan sayap," ucap dia.
Adil memang punya ambisi besar untuk menjadi sukses di usia muda. Baginya, kegagalan dalam berbisnis adalah hal biasa. Maka dari itu, habiskan masa gagalmu selagi muda, agar tua menuai hasilnya.
"Adil ambisinya di situ, mumpung muda, kita kan pasti melakukan kesalahan dalam berbisnis, kesalahan itu kan kerugian, jadi kita belajar, belajar itu enggak ada yang gratis, jadi gagal itu saat usia muda, jadi bisa berdiri lagi. Adil enggak mau gagal saat sudah tidak muda lagi, tua, nanti tidak bisa bangun lagi," terang dia.
ADVERTISEMENT
Selain kerja keras, Adil mengungkapkan, bekerja itu harus sesuai dengan ketertarikan dan minat. Jangan bekerja dengan terpaksa.
"Kesenangan Adil itu buat prestasi, makanya kalau bekerja bukan terpaksa tapi kesenangan," tandasnya.