KKP Bakal Bangun Laboratorium Deteksi Radioaktif Produk Laut RI
6 November 2025 11:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
KKP Bakal Bangun Laboratorium Deteksi Radioaktif Produk Laut RI
KKP bakal membangun laboratorium untuk mendeteksi radioaktif produk laut Indonesia.kumparanBISNIS

ADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun laboratorium untuk menguji dan menjamin produk laut Indonesia, salah satunya udang bebas radioaktif, seperti kontaminasi Cesium-137.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (Badan P2HP) KKP, Ishartini, mengatakan saat ini KKP sudah memiliki laboratorium, namun belum dilengkapi dengan alat untuk mendeteksi radioaktif.
“Mengenai lab, labnya nanti akan ada di Cilangkap sekarang lagi sudah ada labnya KKP, tapi kan belum ada alat untuk radioaktif,” ujar Ishartini dalam Media Briefing di Kantor KKP, Jakarta, Kamis (6/11).
Saat ini, KKP telah memesan alat pendeteksi radioaktif tersebut. Selain itu, petugas yang akan ditempatkan di laboratorium itu juga telah dilatih. Ishartini mengungkapkan sebelum dioperasikan, laboratorium tersebut akan diakreditasi terlebih dahulu.
“Kita sudah pesan (alat-alat) mudah-mudahan akhir tahun ini kita sudah bisa operasional,” tutur Ishartini.
Selain di Cilangkap, Jakarta Timur, KKP juga akan mengembangkan laboratorium untuk mendeteksi radioaktif di Surabaya, Makassar dan Medan.
ADVERTISEMENT
BPOM AS Mau Sambangi RI untuk Inspeksi Udang
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) atau Food and Drug Administration (FDA) bakal datang ke Indonesia untuk melakukan inspeksi langsung terhadap sistem pengawasan udang nasional.
Langkah ini menjadi bagian dari proses pencabutan status yellow list atas ekspor udang dari Jawa dan Lampung, usai temuan kontaminasi radioaktif Cesium-137 pada salah satu eksportir.
“Kita ikuti semua aturan US FDA. Nanti FDA akan melihat apabila sistem kita sudah bagus, sudah kuat, dia akan datang inspeksi ke sini dan yellow list itu bisa kita usulkan untuk dicabut,” ujar Ishartini.
Ishartini menjelaskan penanganan kasus ini dimulai saat RI menerima notifikasi terkait temuan kontaminasi pada 19 Juli 2025. Sehari setelahnya, pemerintah langsung menggelar rapat koordinasi dengan FDA, Kedutaan Besar AS, pakar, perguruan tinggi, hingga Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bappeten) untuk menyusun root cause analysis.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada 14 Agustus, FDA menerbitkan import alert pertama, dilanjutkan import alert kedua pada 3 Oktober yang memuat daftar red list dan yellow list. Dari situ, pemerintah melakukan joint inspection, penyusunan SOP, serta pengetatan kontrol ekspor.
Tak sampai sebulan, Indonesia berhasil melepas ekspor perdana udang kembali ke pasar Amerika pada 31 Oktober. Pengujian dilakukan bersama Bea Cukai, Bappeten, dan BRIN.
“Kami sudah bisa melepas ekspor perdana undang kita kembali ke Amerika Serikat,” ujarnya.
KKP kemudian melaksanakan pelatihan pelaksanaan scanning dan sampling KKP menugaskan pegawai KKP dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) khususnya di Jawa dan Lampung. KKP juga menyiapkan integrasi sistem IT dan berkoordinasi secara intensif dengan Bea Cukai.
“Karena kontainer sebelum berangkat, jadi di unit pengolahan ikan sudah di-scanning, sudah dites labnya, sudah masuk kontainer, kontainer sebelum berangkat pun terakhir diperiksa lagi di RPM-nya di pelabuhan, kemarin di pelabuhan terminal 3 di Tanjung Priok,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
KKP menargetkan seluruh para pelaku usaha, unit pengolahan ikan tentunya dan masyarakat memahami pola ini. “Kalau bisa kami simpulkan bahwa sebenarnya kasus kontaminasi cesium 137 ini sangat kasuistik ya, hanya berasal dari Cikande,” terang Ishartini.
