KKP Catat Surplus Ekspor Perikanan Rp 60,7 Triliun hingga Kuartal III 2024

26 Oktober 2024 16:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan hasil tangkapan nelayan di tempat bongkar muat Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman, Jakarta Utara, Kamis (8/8/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ikan hasil tangkapan nelayan di tempat bongkar muat Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman, Jakarta Utara, Kamis (8/8/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat surplus neraca perdagangan komoditas perikanan periode Januari-September 2024 atau sampai kuartal III 2024 senilai USD 3,87 miliar atau setara Rp 60,7 triliun (kurs Rp 15.688 per dolar AS). Angka kinerja ekspor produk perikanan itu meningkat 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan surplus perdagangan yang semakin besar, Indonesia berhasil mempertahankan posisinya sebagai negara net eksportir produk perikanan. Tentu ini kado dari HUT KKP ke-25, semoga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional," terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistiyo, melalui keterangan tertulis, Sabtu (26/10).
Budi mengatakan nilai ekspor produk perikanan Indonesia hingga September 2024 mencapai USD 4,23 miliar dengan total volume ekspor sebesar 1,02 juta ton. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan sebesar 3,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan signifikan terjadi pada Agustus 2024. Di bulan tersebut, volume ekspor meningkat 34,2 persen dan nilainya tumbuh 10,7 persen dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Budi menambahkan, peningkatan ini menjadi penanda positif bagi kinerja ekspor perikanan nasional. Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pasar utama bagi produk perikanan Indonesia dengan nilai ekspor mencapai USD 1,38 miliar atau 32,6 persen dari total ekspor perikanan.
"Kabar baiknya, pasar ekspor ke negara lain mengalami peningkatan," tutur Budi.
Pekerja menyortir ikan hasil tangkapan di tempat bongkar muat Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman, Jakarta Utara, Kamis (8/8/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ekspor perikanan ke China mengalami pertumbuhan 7,8 persen, dan negara ASEAN meningkat sebesar 18,7 persen. Budi menegaskan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa menjadi pasar penting mengingat masing-masing menyumbang USD 569,75 juta (13,5 persen) dan USD 309,41 juta (7,3 persen) terhadap total ekspor produk perikanan Indonesia.
Bahkan, kata Budi, peningkatan terbesar terlihat pada ekspor ke Uni Eropa yang tumbuh 23,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan potensi besar bagi pasar Eropa yang dapat terus dimaksimalkan oleh pelaku usaha perikanan Indonesia," jelas Budi.
Adapun produk perikanan utama pada periode ini terdiri dari beberapa komoditas unggulan seperti udang yang menjadi komoditas ekspor terbesar dengan nilai mencapai USD 1,18 miliar atau 28,1 persen dari total ekspor produk perikanan Indonesia.
Selain itu, komoditas lain seperti Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT) dan Cumi-Sotong-Gurita (CSG) mengalami peningkatan signifikan, masing-masing tumbuh 7,9 persen dan 24,7 persen.
Budi menyebutkan peningkatan sebesar 40,4 persen terjadi pada ekspor Rajungan-Kepiting juga memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan nilai ekspor keseluruhan.
"Peningkatan ekspor CSG terutama didorong oleh permintaan yang kuat dari Tiongkok dan ASEAN," katanya.
Di saat yang sama, impor Indonesia mencatatkan penurunan yang signifikan hingga 26,2 persen hingga September 2024. Angka tersebut mencapai USD 366,98 juta dengan volume sebesar 212,49 ribu ton.
ADVERTISEMENT
"Penurunan impor ini menjadi sinyal baik bagi surplus neraca perdagangan perikanan kita," tutur Budi.
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP, Erwin Dwiyana, mengungkapkan negara asal impor terbesar adalah China dengan nilai mencapai USD 64,96 juta atau 17,7 persen dari total impor perikanan.
Angka tersebut menurun 42,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Dia mengatakan penurunan terbesar terjadi pada impor Makarel dan Rajungan-Kepiting, yang masing-masing turun lebih dari 50 persen.
"Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan ekspor produk perikanan melalui berbagai strategi," ujar Erwin.
Erwin menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah memperluas akses pasar-pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Jepang, serta membuka pasar baru di kawasan non-tradisional seperti Afrika Utara dan Asia Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut dia, promosi produk perikanan Indonesia di pasar internasional juga menjadi prioritas, dengan partisipasi dalam pameran skala global seperti Japan International Seafood & Technology Expo dan Trade Expo Indonesia.
Erwin menuturkan, pemerintah juga akan fokus menjaga keberlanjutan produk perikanan melalui hilirisasi, sehingga nilai tambah produk perikanan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Dia berharap sejumlah langkah tersebut dapat terus meningkatkan daya saing produk perikanan nasional.
"Dengan upaya-upaya ini, diharapkan ekspor produk perikanan Indonesia dapat terus meningkat di masa mendatang," tutur Erwin.