Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan ekspor perdana Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) Indonesia ke Kerajaan Arab Saudi. Ikan tersebut diekspor untuk kebutuhan makanan jemaah haji asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ekspor perdana ini dilepas di Instalasi Karantina Puspa Agro Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (27/5), disaksikan langsung Sekjen KKP merangkap Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, dan pejabat lainnya.
Nilanto mengatakan, ikan patin hasil budidaya selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Mengingat produksinya yang semakin meningkat, kini ikan patin juga dapat diekspor ke Arab Saudi.
Menurut dia, ekspor perdana kali ini merupakan buah kerja sama APCI dan SMART-Fish Indonesia, yang menangkap potensi patin Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ikan jemaah haji Indonesia.
Sejauh ini, kebutuhan pasokan patin untuk jemaah haji Indonesia diperkirakan mencapai 540 ton. Untuk memenuhinya, pihak APCI telah menyiapkan pasokan sekitar 300 ton patin yang terdiri dari 150 ton cut portion dan 150 ton fillet.
ADVERTISEMENT
Dalam ekspor perdana ini dikirim sekitar 3 kontainer (± 63 ton) patin. Sisanya akan dikirim secara bertahap.
"Komoditas patin ini sendiri baru untuk kebutuhan jemaah haji. Harapannya dengan ekspor perdana ini nantinya bisa merambah ke negara-negara lain," ujar Nilanto dalam keterangan tertulis, Kamis (30/5).
Sementara itu, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Muhajirin Yanis, menyebut ikan patin dibutuhkan untuk menunjang pelayanan bagi jemaah haji sebagai sajian menu masakan bercitarasa khas Indonesia.
"Tahun ini sajiannya akan semakin lengkap dengan tersedianya bahan baku ikan patin asli Indonesia. Nantinya selama jemaah haji Indonesia berada di Arab Saudi, sajian makan kurang lebih sebanyak 75 kali makan sampai mereka kembali, di mana 5 kali dalam seminggu mencicipi sajian menu ikan, dalam hal ini ikan patin," jelas Muhajirin.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu belakangan, produksi patin Indonesia memang menunjukkan tren peningkatan. Pada 2018 lalu misalnya, produksi patin Indonesia meningkat 22,2 persen menjadi 391.151 ton dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebanyak 319.966 ton.
Ketua Bidang Budidaya Patin APCI, Imza Hermawan, mengatakan peningkatan hasil budidaya patin ini terjadi berkat upaya penggunaan induk dan benih yang berkualitas untuk menekan Feed Conversion Ratio (FCR) sehingga efisiensi produksi meningkat.
"Induk dan benih berkualitas ini faktor utama penentu kesuksesan budidaya, utamanya dalam meningkatkan efisiensi produksi. FCR bisa ditekan, jika benih yang digunakan berkualitas," ungkapnya.
Adapun sentra utama produksi patin Indonesia tersebar di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur; Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara; Kabupaten Kampar, Riau; Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
ADVERTISEMENT
Selain itu Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan; Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Pringsewu, Lampung; dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Adapun pada 2017, permintaan impor catfish global mencapai 640,87 ribu ton dengan pasar utama Amerika Serikat (17 persen), Meksiko (9 persen), Tiongkok (8 persen), Brasil (7 persen), dan Arab Saudi (5 persen). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, 48 persen dipasok dari Vietnam, 36 persen dari Myanmar, dan sisanya dari negara lainnya.
Sementara 2018, total permintaan impor catfish global meningkat menjadi 641,31 ton, dengan negara tujuan utama Amerika Serikat (19,08 persen) dan Tiongkok (18,97 persen). Sedangkan permintaan impor Arab Saudi hanya sebesar 4.503 ton (0,7 persen) atau turun 85 persen dibandingkan tahun 2017 (UN Comtrade, 2019).
ADVERTISEMENT
Melihat peluang ini, Nilanto mendorong agar para pelaku usaha dan pembudidaya ikan patin mendorong produksi patin dalam negeri agar patin Indonesia bisa turut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan patin global.
"Pangsa pasar ekspor untuk patin sudah sangat jelas. Dengan potensi patin dalam negeri yang sangat tinggi, apabila kita mampu menggenjot produksi, tidak mustahil ke depan kita bisa menjadi pemain utama untuk komoditas ikan patin," tandas Nilanto.